ANALISIS BUTIR SOAL
disusun
oleh:
MAHASISWA :)
Mata
Kuliah : Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Dosen Pengampu
: 1. Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd
2. Dr.
Edi Suyanto, M.Pd.
3. Dr. Siti Samhati, M.Pd.

MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur atas karunia Allah Swt. yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya sehingga saya
mampu menyelesaikan makalah laporan
hasil analisis butir soal ini sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.
Makalah ini saya susun untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia di bawah bimbingan Prof.
Dr. Patuan Raja, M.Pd.,Dr. Edi Suyanto, M.Pd., dan Dr. Siti Samhati, M.Pd.
Dalam makalah ini saya
mencoba memaparkan tentang proses
analisis butir soal bahasa Indonesia pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Saya
menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang saya miliki. Oleh sebab
itu, kritik dan saran sangat saya
nantikan demi penyempurnaan makalah ini.
Dalam kesempatan ini pula saya
sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dan akhirnya, semoga
makalah ini bisa memberikan manfaat bagi pembaca.
Bandar Lampung, Mei 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan menganalisis butir soal merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan guru untuk meningkatkan
mutu soal yang telah ditulis. Kegiatan
ini merupakan proses pengumpulan, peringkasan, dan penggunaan informasi dari jawaban siswa untuk membuat keputusan tentang setiap penilaian (Nitko, 1996: 308). Tujuan penelaahan adalah
untuk mengkaji dan menelaah
setiap butir soal
agar diperoleh soal yang bermutu. Di
samping itu, tujuan analisis butir soal juga untuk membantu meningkatkan tes melalui revisi
atau membuang soal yang tidak efektif, serta untuk mengetahui informasi diagnostik pada
siswa
apakah mereka sudah/belum memahami materi yang telah diajarkan (Aiken, 1994: 63). Soal yang bermutu adalah soal yang dapat
memberikan informasi setepat-tepatnya sesuai dengan tujuannya diantaranya dapat menentukan peserta didik mana yang
sudah atau belum menguasai
materi yang diajarkan
guru.
Dalam melaksanakan
analisis butir soal, para penulis soal dapat menganalisis secara kualitatif, dalam kaitan dengan isi dan bentuknya, dan kuantitatif dalam kaitan dengan ciri-ciri statistiknya (Anastasi dan Urbina, 1997: 172) atau prosedur peningkatan secara
judgment
dan
prosedur
peningkatan secara empirik
(Popham, 1995: 195). Analisis kualitatif mencakup pertimbangan validitas isi dan konstruk, sedangkan analisis kuantitatif
mencakup pengukuran kesulitan butir soal dan diskriminasi soal yang termasuk validitas soal dan reliabilitasnya.
Anaslisis butir soal melalui kualitatif ataupun
kuantitatif semuanya memiliki tujuan utama yaitu untuk mengidentifikasi
kekurangan-kekurangan dalam tes atau dalam pembelajaran (Anastasi dan Urbina,
1997:184). Berdasarkan tujuan ini, maka kegiatan analisis butir soal memiliki
banyak manfaat, di antaranya adalah: (1) dapat membantu para pengguna tes dalam
evaluasi atas tes yang digunakan, (2) sangat relevan bagi penyusunan tes
informal dan lokal seperti tes yang disiapkan guru untuk siswa di kelas, (3)
mendukung penulisan butir soal yang efektif, (4) secara materi dapat
memperbaiki tes di kelas, (5) meningkatkan validitas soal dan reliabilitas
(Anastasi and Urbina, 1997:172).
Selain itu, manfaat lainnya adalah:
(1) menentukan apakah suatu fungsi butir soal sesuai dengan yang diharapkan,
(2) memberi masukan kepada siswa tentang kemampuan dan sebagai dasar untuk
bahan diskusi di kelas, (3) memberi masukan kepada guru tentang kesulitan
siswa, (4) memberi masukan pada aspek tertentu untuk pengembangan kurikulum,
(5) merevisi materi yang dinilai atau diukur, (6) meningkatkan keterampilan
penulisan soal (Nitko, 1996: 308-309).
Linn dan Gronlund (1995: 315) juga
menambahkan tentang pelaksanaan kegiatan analisis butir soal yang biasanya
didesain untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini. (1) Apakah fungsi
soal sudah tepat? (2) Apakah soal ini memiliki tingkat kesukaran yang tepat?
(3) Apakah soal bebas dari hal-hal yang tidak relevan? (4) Apakah pilihan
jawabannya efektif? Lebih lanjut Linn dan Gronlund (1995: 3 16-318) menyatakan
bahwa kegunaan analisis butir soal bukan hanya terbatas untuk peningkatkan
butir soal, tetapi ada beberapa hal, yaitu bahwa data analisis butir soal
bermanfaat sebagai dasar: (1) diskusi kelas efisien tentang hasil tes, (2)
untuk kerja remedial, (3) untuk peningkatan secara umum pembelajaran di kelas,
dan (3) untuk peningkatan keterampilan pada konstruksi tes.
Berbagai uraian di atas menunjukkan
bahwa analisis butir soal adalah: (1) untuk menentukan soal-soal yang cacat
atau tidak berfungsi penggunaannya; (2) untuk meningkatkan butir soal melalui
tiga komponen analisis yaitu tingkat kesukaran, daya pembeda, dan pengecoh
soal, serta meningkatkan pembelajaran melalui ambiguitas soal dan keterampilan
tertentu yang menyebabkan peserta didik sulit.
Soal
yang diujikan berjumlah 15
buah yang terdiri dari satu
jenis soal yaitu berupa pilihan jamak.
Ujian dilakukan pada tanggal 22
April 2015
di Sekolah Menengah Pertama Negeri
01 Tata Karya. Pelaksanaan ujian berjalan dengan
lancar. Kelancaran pelaksanaan ujian tidak terleas dari bentuan pihak-pihak
yang telah bersedia dan berpartisipasi. Pelaksanaan ujian dibantu oleh kepala
sekolah Sekolah Menengah Pertama Negeri
01 Tata Karya, wakil kepala bidang kesiswaan, dan
guru wali kelas.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Analisis Tingkat Kesukaran Soal
Analisis tingkat kesukaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal tersebut tergolong
mudah atau sukar. Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukan
sukar atau mudahnya sesuatu soal. (Arikunto, 1999: 207).
|

Keterangan:
P : indeks
kesukaran
B : banyaknya
siswa yang menjawab soal dengan benar, dan
Jx : jumlah
seluruh siswa peserta tes.
Indeks kesukaran diklasifikasikan seperti tabel berikut:
Tabel 1. Klasifikasi Tingkat Kesukaran
P-P
|
Klasifikasi
|
0,00 – 0,29
0,30 – 0,69
0,70 – 1,00
|
Soal sukar
Soal sedang
Soal mudah
|
(Arikunto; 1999: 210)
Berikut merupakan hasil analisis butir soal bahasa Indonesia
berdasarkan tingkat kesukaran.
1) P
|
=
|
24
|
24
|
||
=
|
1.00 (Mudah)
|
2) P
|
=
|
4
|
24
|
||
=
|
0.17 (Sukar)
|
3) P
|
=
|
23
|
24
|
||
=
|
0.96 (Mudah)
|
4) P
|
=
|
23
|
24
|
||
=
|
0.96 (Mudah)
|
5) P
|
=
|
24
|
24
|
||
=
|
1.00 (Mudah)
|
6) P
|
=
|
24
|
24
|
||
=
|
1.00 (Mudah)
|
7) P
|
=
|
24
|
24
|
||
=
|
1.00 (Mudah)
|
8) P
|
=
|
22
|
24
|
||
=
|
0.92
(Mudah)
|
9) P
|
=
|
24
|
24
|
||
=
|
1.00 (Mudah)
|
10) P
|
=
|
21
|
24
|
||
=
|
0.88 (Mudah)
|
11) P
|
=
|
24
|
24
|
||
=
|
1.00 (Mudah)
|
12) P
|
=
|
22
|
24
|
||
=
|
0.92 (Mudah)
|
13) P
|
=
|
21
|
24
|
||
=
|
0.88 (Mudah)
|
14) P
|
=
|
23
|
24
|
||
=
|
0.96 (Mudah)
|
15) P
|
=
|
23
|
24
|
||
=
|
0.96 (Mudah)
|
2.2 Analisis Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan
tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah (Arikunto, 1999 : 211).
Daya pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan rumus:

Keterangan:
DP : indeks daya pembeda
Ba : peserta
tes kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
Bb : banyaknya
peserta tes kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar, JA : banyaknya peserta tes kelompok atas, dan
JB : banyaknya peserta tes kelompok bawah
Kriteria indeks daya pembeda adalah sebagai berikut.
Tabel 2. Kriteria Daya Pembeda
DP
|
Kualifikasi
|
0,00 – 0,19
0,20 – 0,39
0,40 – 0,69
0,70 – 1,00
Negatif
|
Jelek
cukup
baik
baik sekali
tidak baik, harus dibuang
|
Berdasarkan hasil analisis daya
pembeda dari rumus di atas didapat hasil sebagai berikut.
1) Daya Pembeda
|
=
|
5 – 6
|
0,5 x 12
|
||
=
|
-1
|
|
6
|
||
=
|
-0.17 (Dibuang)
|
2) Daya Pembeda
|
=
|
5 – 0
|
0,5 x 12
|
||
=
|
5
|
|
6
|
||
=
|
0.83 (Baik Sekali)
|
3) Daya Pembeda
|
=
|
6 - 5
|
0,5 x 12
|
||
=
|
1
|
|
6
|
||
=
|
0.17 (Jelek)
|
4) Daya Pembeda
|
=
|
6 – 5
|
0,5 x 12
|
||
=
|
1
|
|
6
|
||
=
|
0.17 (Jelek)
|
5) Daya Pembeda
|
=
|
6 – 6
|
0,5 x 12
|
||
=
|
0
|
|
6
|
||
=
|
0.00 (Jelek)
|
6) Daya Pembeda
|
=
|
6 – 6
|
0,5 x 12
|
||
=
|
0
|
|
6
|
||
=
|
0.00 (Jelek)
|
7) Daya Pembeda
|
=
|
6 – 6
|
0,5 x 12
|
||
=
|
0
|
|
6
|
||
=
|
0.00 (Jelek)
|
8) Daya Pembeda
|
=
|
4 – 6
|
0,5 x 12
|
||
=
|
-2
|
|
6
|
||
=
|
-0.33 (Dibuang)
|
9) Daya Pembeda
|
=
|
6 – 6
|
0,5 x 12
|
||
=
|
0
|
|
6
|
||
=
|
0.00 (Jelek)
|
10) Daya Pembeda
|
=
|
6 – 4
|
0,5 x 12
|
||
=
|
2
|
|
6
|
||
=
|
0.33 (Cukup)
|
11) Daya Pembeda
|
=
|
6 – 6
|
0,5 x 12
|
||
=
|
0
|
|
6
|
||
=
|
0.00 (Jelek)
|
12) Daya Pembeda
|
=
|
6 – 4
|
0,5 x 12
|
||
=
|
2
|
|
6
|
||
=
|
0.33 (Cukup)
|
13) Daya Pembeda
|
=
|
6 – 4
|
0,5 x 12
|
||
=
|
2
|
|
6
|
||
=
|
0.33 (Cukup)
|
14) Daya Pembeda
|
=
|
6 – 5
|
0,5 x 12
|
||
=
|
1
|
|
6
|
||
=
|
0.17 (Jelek)
|
15) Daya Pembeda
|
=
|
6 – 5
|
0,5 x 12
|
||
=
|
1
|
|
6
|
||
=
|
0.17 (Jelek)
|
2.3 Analisis Validitas dan Reliabilitas Soal
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan
suatu tes. Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang
hendak diukur. Tes memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan
kriteria, dalam arti memiliki kesejajaran antara tes dan kriteria (Arikunto,
1999: 65).
Untuk menguji validitas
setiap butir soal maka skor-skor yang ada pada butir yang dimaksud
dikorelasikan dengan skor totalnya. Skor tiap butir soal dinyatakan skor X dan
skor total dinyatakan sebagai skor Y, dengan diperolehnya indeks validitas
setiap butir soal, dapat diketahui butir-butir soal manakah yang memenuhi
syarat dilihat dari indeks validitasnya (Arikunto, 1999: 78).
Validitas butir secara statistik dianalisis berdasakan
jenis data yang terkumpul. Data diskrit (misalnya hasil tes obyektif) dihitung
dengan korelasi point biserial sedangkan data kontinu
(misalnya hasil tes uraian atau skala sikap) digunakan korelasi Pearson
product – moment.
Reliabilitas
adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya
atau diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur
gejala yang sama dan hasil pengukuran diperoleh relatif koefisien, maka alat
pengukur tersebut reliabel.
Analisis reliabilitas mengkaji keajegan (stability) atau ketetapan
hasil tes manakala tes tersebut diujikan kepada siswa yang sama lebih dari satu
kali, atau dari dua perangkat tes yang setara kepada objek yang sama.Tes yang
memiliki konsistensi reliabilitas tinggi adalah akurat, reprodusibel, dan
generalized terhadap kesempatan testing dan instrumen tes lainnya.
Reliabilitas
Instrumen Tes (soal bentuk pilihan ganda)
Untuk mengetahui koefisien reliabilitas tes soal
bentuk pilihan ganda digunakan rumus Kuder Richadson 20 (KR-20) seperti berikut
ini.
Keterangan:
r11
: koefisien
reliabilitas
n : Jumlah butir soal
p
: proporsi jawaban benar
1-p
: proporsi jawaban salah
S2
: Varians skor total
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
soal terlampir.
BAB
III
SIMPULAN
Berdasarkan
hasil analisis yang telah dilakukan didapatkan simpulan sebagai berikut.
1. Tingkat
kesukaran yang terdapat dalam soal bahasa Indonesia terbagi menjadi tiga
bagian, yakni tingkat kesukaran sukar, sedang, dan mudah. Terdapat 1 buah soal dengan
kategori soal sukar, Tidak ada
soal dengan kategori sedang, dan 14
soal dengan kategori mudah.
2. Daya
pembeda yang terdapat dalam soal bahasa Indonesia yang terbagi menjadi lima
bagian, yakni daya beda soal tersebut jelek, sangat jelek, cukup, baik, dan
sangat baik. Terdapat 9
buah soal dengan kategori daya beda jelek, 3
buah soal dengan daya beda cukup, 1
buah soal dengan kategori daya beda sangat baik, dan terdapat 2 buah soal yang termasuk kriteria harus dibuang.
3.
Dari hasil analisis validitas dan reliabilitas,
diperoleh 5 soal yang termasuk ke
dalam kategori soal yang valid dan reliabel.
DAFTAR RUJUKAN
Aiken, Lewis R. (1994). Psychological Testing and
Assessment,(Eight Edition), Boston: Allyn and Bacon.
Anastasi. Anne and Urbina, Susana. (1997). Psicoholological
Testing. (Seventh Edition). New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Arikunto,
S. 1999. Dasar-Dasar Evaluasi
Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Nitko, Anthony J. (1996). Educational Assessment of Students, Second
Edition. Ohio: Merrill an imprint of Prentice Hall Englewood Cliffs.
Mandar Maju Indrakusuma, Amir Daien. 1993. Evaluasi
Pendidikan. Malang: Penerbit IKIP Malang.
Linn, Robert L. and Gronlund, Norman E. (1995). Measurement and
Assessment in teaching (Seventh Edition). Ohio: Merrill, an immprint of
Prentice Hall.
Suwarno, Wiji.
2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
ijin share ya,, hhhh
BalasHapussmg barokah
Hasil uji validitas dan reabilitasnya bisa di liat?
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus