SMA NEGERI 3 KOTABUMI-LAMPUNG

SMA NEGERI 3 KOTABUMI-LAMPUNG
Wish You All The Best

Selasa, 12 April 2011

Pengaruuh Biologis Terhadap Pemerolehan Bahasa Anak


IV. PENGARUH BIOLOGIS DAN LINGKUNGAN
Perolehan bahasa pada anak dipengaruhi oleh dua hal yaitu biologis dan lingkungan, berikut akan dijelaskan secara khusus.
1. Pengaruh Biologis
Menurut Chomsky dalam Santrock (2007:269) manusia secara biologis terprogram untuk belajar bahasa pada waktu tertentu dan dengan cara tertentu. Anak dilahirkan ke dunia dengan perangkat perolehan bahasa (language Acquisition Device (LAD)), yakni suatu warisan biologis yang memampukan anak mendeteksi gambaran dan aturan bahasa, termasuk fonologi, sintaksis, dan sematik. Anak-anak dipersiapkan oleh alam dengan kemampuan mendeteksi bunyi-bunyi bahasa, dan untuk mendeteksi dan mengikuti aturan-aturan seperti bagaimana membentuk kata benda jamak dan menanyakan pertanyaan-pertanyaan. Pendukung teori ini menyebutkan kesamaan munculnya kejadian-kejadian penting berbahasa (bahasa pertama dan ledakan kosa kata) antara berbagai bangsa dan budaya di dunia ini sebagai bukti bahwa anak-anak menciptakan bahasa bahkan kala anak-anak menerima pendidikan yang memadai dan mengalami pengurangan kemampuan akibat faktor biologis.
Sebagaimana kekacauan genetik yang membuat bayi sulit memahami pikiran dan dunia, terdapat pula kekacauan genetik yang membuat bahasa jadi sukar. Dan, hal ini memperlihatkan bahwa kita mempunyai kemampuan bawaan yang memungkinkan kita mengerti dan berbicara (Gopnik, Meltzoff dan Kuhl 2006:197)[14]. Masalah ini terlihat pada perbedaan individu dalam pemerolehan bahasa.
2. Pengaruh Lingkungan
Pengaruh lingkungan dapat ditinjau dari teori behavioral yang berpendapat bahwa bahasa adalah rangkaian respon yang dicapai melalui penguatan. Bagaimanapun kita tidak dapat menyangkal bahwa terjadinya ledakan bahasa pada anak dipengaruhi oleh peran lingkungan pertumbuhan. Banyak ditemukan kasus perolehan bahasa terhadap lingkungan, misalnya, kasus Genie yang ditemukan di hutan dan tidak dapat berbicara layaknya manusia normal. Begitu juga dengan Merlyn yang awalnya mampu berbicara (berbahasa) kemudian diasingkan orang tuanya di hutan, kemudia bahasa yang dimiliki berubah menjadi bahasa hewan karena tidak dipergunakannya ketika berada di hutan.
Uraian di atas memberikan gambaran bahwa lingkungan berpengaruh besar terhadap perolehan bahasa anak. Lingkungan yang pertama terjadinya ledakan bahasa pada anak tentunya di awali dalam lingkungan keluarga.
V. BAHASA DAN OTAK
Penelitian terhadap aspek biologis manusia ditemukan bahwa terdapat hubungan yang erat antara perolehan bahasa dengan otak manusia. Di temukan bahwa di dalam otak manusia terdapat bagian-bagian yang memproses (mengolah) bahasa. Karena bahasa sangat penting dalam menentukan spesies, tidak mengejutkan bahwa area substansial dari “cerebral cortex”, bagian tertinggi dari ptak, dipersembahkan untuk fungsi-fungsi bahasa. Salah satu misteri terbesar mengenai otak manusia adalah hemispheric (belahan).
Bagi kebanyakan manusia, fungsi-fungsi bahasa dihadirkan dalam cerebral cortex bagian kiri hemisfer, sesuai dengan kenyataan bahwa kebanyakan dari kita menggunakan tangan kanan. Petunjuk awal bahwa bahasa memiliki tempat yang khusus di otak, diawali oleh ahli syaraf dan antropologi Prancis yang bernama Paul Broca.
Berikut sebuah kasus yang ditemukan oleh Broca dalam penelitiannya[15]:
Ia mencatat sebuah kasus dari seorang pasien yang telah kehilangan kemampuan dalam menghasilkan bahasa kecuali untuk suku kata tunggal “tan”. Tapi orang ini mampu memahami pertanyaan-pertanyaa sederhana dan menyatakan ya atau tidak melalui inflection (modulasi suara) beberapa dari “tan”. Pasien ini meninggal dua tahun kemudian, dan Broca telah mendapatkan otaknya. Sejalan dengan itu, dia tidak membedah otak tersebut tapi mengawetkan semuanya. Sesungguhnya kerusakan notak tersebut sangat luas. Para pasien dengan luka lebih kecil pada area umum yang sama dari cuping bagian depan (lobus frontal) bagian kiri hemisphere, memiliki gejala-gejala yang kurang parah. Mereka mampu berbicara, tetapi kesulitan dalam melakukannya, memiliki tatabahasa yang buruk, dan mengabaikan kebanyakan kata-kata yang dimodifikasi. Ini adalah klasik afasia (kehilangan kemampuan memakai atau memahami kata-kata karena suatu penyakit otak) Broca.
Selain Broca, seorang ahli syarat Carl Wernicke mencatat penelitiannya tentang orang yang memiliki permasalahan mampu berbicara namun sedikit arti, selain itu, mereka juga tidak dapat memahami pembicaraan. Ditemukan bahwa terjadi kerusakan pada cuping sementaranya (lobus temporal). Dengan penemuannya ini nama Wernicke diabadikan menjadi nama bagian otak ini.
Orang yang memiliki kerusakan seperti yang disebutkan tadi dikenal menderita Wernicke afasia (ketidak mampuan menggunakan ikatan besar serabut syaraf). Ketika ikatan ini rusak, seperti halnya penyakit stroke (serangan orang yang biasanya disertai kelumpuhan).
Jika area Wernicke bertahan, maka permahaman bahasa baik-baik saja. Dan di area Broca bertahan maka kemampuan bicara juga baik-baik saja. Gambar berikut merupakan bagian otak yang mendeskripsikan posisi area bahasa (Wernicke dan Broca) pada otak manusia.
Bagian frontal (Broca) berada di muka korteks motoris yang berkaitan dengan kemampuan bicara, fonologi, dan sintaksis, serta area posterior temporal-parietal (Wernicke) berkaitan dengan semantik dan arti (pragmatik/makna).
Bukti-bukti penelitian saat ini menunjukkan bahwa area Broca sebenarnya mencakup sub-sub area yang bersangkutan dengan semua aspek fundamental kemampuan bicara: fonologi, sintaksis, dan semantik (arti). Hal in mengejutkan, karena area Wernicke sepertinya juga mencakup hal ini. Satu area berhubungan dengan persepsi pacaindra dari kemampuan bicara dan bunyi bukan bicara; sementara area lainnya menyangkut produksi kemampuan bicara, dan area yang lebih posterior (belakang) merespon pembicaraan eksternal dan diaktifkan oleh ingatan kata-kata.
Tampak sekali bahwa bagian terakhir ini penting untuk mempelajari memori jangka panjang terhadap kata-kata baru. Area total dari bagian kemampuan bicara posterior ini lebih besar dari pada area Wernicke dan mencakup parietal serta area yang berhubungan dengan temporal dari korteks. Penelitian gambaran otak menunjukkan bahwa otak besar, sistem “motorik” juga terlibat banyak di dalam bahasa. Tentu saja, otak besar terlibat dalam aspek motoris berbicara tapi juga dalam aspek arti suatu bahasa, seperti halnya mendapatkan kembali kata-kata dari memori. Gambaran otak tersebut disimpulkan bahwa hemisfer sebelah kanan juga terlibat dalam beberapa aspek bahasa.
VI. INTERVENSI YANG MEMPENGARUHI PEROLEHAN BAHASA
Berikut hal-hal yang dapat mempercepat perkembangan bahasa anak:
1. Anak berada dalam lingkungan yang positif dan bebas dari tekanan. Pada lingkungan yang kaya bahasa akan menstimulasi perkembangan bahasa anak. Stimulasi tersebut akan optimal jika anak tidak merasa tertekan. Anak yang tertekan akan takut mengekspresikan pikirannya dalam pembicaraan sehingga mempengaruhi bicaranya. Seperti yang terjadi pada anak gagap yang dipengaruhi oleh tekanan lingkungan.
2. Menunjukkan sikap dan minat yang tulus pada anak. Anak usia dini memiliki emosi yang masih kuat karena itu guru harus menunjukkan minat dan perhatian tinggi kepada anak. Orang dewasa perlu merespon anak dengan tulus.
3. Menyampaikan pesan verbal diikuti pesan non verbal. Dalam bercakap-cakap dengan anak, orang dewasa perlu menunjukkan ekspresi yang sesuai dengan ucapannya. Perlu diikuti gerakan, mimik muka, dan intonasi yang sesuai. Misalnya: orang dewasa berkata, “saya senang” maka perlu dikatakan dengan ekspresi muka senang, sehingga anak mengetahui seperti apa kata senang itu sesungguhnya.
4. Melibatkan anak dalam komunikasi. Orang dewasa perlu melibatkan anak untuk ikut membangun komunikasi. Kita menghargai ide-idenya dan memberikan respon yang baik terhadap bahasa anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar