SMA NEGERI 3 KOTABUMI-LAMPUNG

SMA NEGERI 3 KOTABUMI-LAMPUNG
Wish You All The Best

Kamis, 13 November 2014

UJIAN TENGAH SEMESTER PASCA SARJANA MATA KULIAH KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN



MAKALAH
HASIL PEMBAHASAN SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)
KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN



Doen pengampu:
Dr. Sunyono, M.Si.
Dr. Edi Suyanto, M.Pd



Oleh
Rahmat Prayogi

Program Studi : Magister  Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


logo lampung







FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
NOVEMBER 2014
SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)

MATA KULIAH : KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN
SKS : 2 (1-1)
KODE : KIP 814102
PROGRAM STUDI : S2 Pendidikan Bahasa
DOSEN : Dr. Sunyono, M.Si.
Dr. Edi Suyanto, M.Pd




A.                PERNYATAAN

Penyempurnaan kurikulum selalu didasari dua hal (1) tuntutan kebutuhan masyarakat akibat dari perkembangan pengetahuan dan teknologi, serta kebutuhan perkembangan psikologis peserta didik. (2) landasan konseptual ilmu kurikulum dan kandungan materi yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan tersebut, termasuk bidang kajian Anda di dalamnya. Indonesia selalu berhasil menyusun kurikulum pada dimensi Ide dan Dokumen, tetapi berulang-ulang kurang berhasil pada dimensi Implementasi. Melalui pengembangan kurikulum yang berkenaan dengan Bidang Ilmu Anda, sesungguhnya dapat menjadi wilayah untuk meningkatkan dimensi Implementasi kurikulum yang sedang berlaku di Indonesia.

B.                 SOAL

1.    Konsep kurikulum seperti apa yang dapat Anda rumuskan sebagai landasan berpikir seorang guru dalam mengembangkan kurikulum?
2.    Desain kurikulum apa yang tepat Anda kembangkan (subjek akademik, humanistik, teknologis, atau rekonstruksi sosial)? uraikan alasannya dari sisi kebutuhan perkembangan peserta didik (psikologis) dan kebutuhan masyarakat (lokal sampai internasional)
3.    Sudahkah gagasan Anda terfasilitasi oleh lahirnya kurikulum tahun 2013? jelaskan dari berbagai komponen (tujuan-seleksi bahan ajar-organisasi bahan ajar-evaluasi)!


KATA PENGANTAR
           
Assalamualaikum Warohmattullohi Wabarokatuh
Puji syukur saya panjatkan kehadiran Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan hidyah-Nya kepada kita semua sehingga makalah pembahasan soal ujian tengah semester ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Walaupun hasilnya masih jauh dari apa yang menjadi harapan dosen pengampu. Namun, sebagai awal pembelajaran dan agar menambah spirit dalam mencari pengetahuan yang luas di lapangan, bukan sebuah kesalahan jika saya mengucapkan kata syukur.
Terimakasih saya ucapkan kepada dosen Program Pasca Sarjana Bahasa Indonesia yang telah memberikan arahan terkait tulisan ini. Tanpa bimbingan dari beliau mungkin saya tidak akan dapat menyelesaikan tugas ini sesuai dengan format yang berlaku. Kesalahan yang terdapat di dalam jelas ada. Namun, bukanlah kesalahan yang tersengaja melainkan karena khilafan. Dari kesemua kelemahan saya kirannya dapat dimaklumi. Terimakasih saya ucapkan pula kepada teman-teman yang telah memberikan banyak saran dan pengetahuannya sehingga menambah hal baru bagi saya. Terutama sumbangannya dalam hal materil berupa referensi mengenai makalah Bahasa Indonesia ini.
Demikian, harapan saya semoga hasil pengkajian ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Dan menambah referensi yang baru sekaligus ilmu pengetahuan yang baru pula.
Wassalamualaikum Warrohmattullohi Wabarokatuh
Bandar Lampung, 13 November 2014


Penulis


DAFTAR ISI


Halaman Sampul ……………………………………………………………….. 0
Halaman soal UTS ……………………………………………………………... ii
Kata Pengantar ………………………………………………………………... iii
Daftar isi .............................................................................................................. iv

BAB I Pendahuluan …………………...……………….………………………… 1
            1.1 Latar Belakang Masalah ……………………………………………... 1
            1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………… 2
            1.3 Tujuan Penulisan …………………………………………………….. 3
BAB II Pembahasan ……………………………………………………………... 4
BAB III Penutup …………………………………………………………..…… 15

Daftar Pustaka .......................................................................................... 16



BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Konsep Kurikulum Sebagai Landasan dalam Pengembangan Kurikulum.
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja. Konsep-konsep teori kurikulum yaitu sebagai suatu perangkat pernyataan yang memberikan makna terhadap kurikulum sekolah, makna tersebut terjadi karena adanya penegasan hubungan antara unsur-unsur kurikulum, karena adanya petunjuk perkembangan, penggunaan dan evaluasi kurikulum. Bahan penyajian dari teori kurikulum adalah hal-hal yang berkaitan dengan penetuan keputusan,
Ada tiga konsep tentang kurikulum yang dapat dirumuskan sebagai landasan berpikir seorang guru dalam mengembangkan kurikulum:
a.      Konsep pertama, kurikulum sebagai suatu substansi:
Suatu kurikulum, dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai.Suatu kurikulum juga dapat menunjuk kepada suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat digambarkan sebagai dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara para penyusun kurikulum dan pemegang kebijaksanaan pendidikan dengan masyarakat.Suatu kurikulum juga dapat mencakup lingkup tertentu, suatu sekolah, suatu kabupaten, propinsi, ataupun seluruh negara.
b.      Konsep kedua, adalah kurikulum sebagai suatu sistem:
Yaitu sistem kurikulum.Sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun suatu kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum, dan fungsi dari sistem kurikulum adalah bagaimana memelihara kurikulum agar tetap dinamis.
c.       Konsep ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi:
Yaitu bidang studi kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajari konsep-konsep dasar tentang kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan berbagai kegiatan penelitian dan percobaan, mereka menemukan hal-hal barn yang dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi kurikulum.
           
Dari ketiga konsep yang telah dipaparkan tersebut, penulis beranggapan bahwa ketiganya dapat dijadikan landasan berpikir seorang guru dalam mengembangkan kurikulum. Konsep pertama, kurikulum sebagai suatu substansi, Konsep kedua, adalah kurikulum sebagai suatu system, Konsep ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi.
Dari kajian konsep kurikulum, penulis berasumsi bahwa terdapat beberapa sumber yang terkait dalam proses pengembangan kurikulum. Namun, yang menjadi sumber penentuan kurikulum adalah kekuasaan sosial-politik. Di Indonesia, pemegang kekuasaan sosialpolitik dalam penentuan kurikulum adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang dalam pelaksanaannya dilimpahkan kepada Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah serta Dirjen Pendidikan Tinggi bekerja sama dengan Balitbangdikbud. pada pendidikan dasar dan menengah, kekuasaan penyusunan kurikulum sepenuhnya ada pada pusat, sedangkan pada perguruan tinggi rektor diberi kekuasaan untuk menentukan kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam penyusunan kurikulum.

2.2 Desain Kurikulum yang Tepat Dikembangkan
Pola, rancangan, atau model inilah yang disebut sebagai desain. Di dalam bahasa Inggris, design berarti potongan, bentuk, model, pola, konstruksi, maksud, dan tujuan. Maka, memaknai desain kurikulum akan berkaitan erat dengan bagaimana merancang, merekontruksi, atau merencanakan sebuah kurikulum sesuai dengan maksud atau tujuan yang sudah ditetapkan.
            Dari berbagai paparan para ahli tentang macam-macam kurikulum dapat disarikan menjadi beberapa desain kurikulum, yakni kurikulum disiplin ilmu, kurikulum berorientasi pada masyarakat, kurikulum berorientasi pada siswa, dan desain kurikulum teknologis. Namun, penulis berhipotesis bahwa kurikulum yang berorientasi pada masyarakat dipandang tidak cocok untuk dapat mengembangkan kurikulum.
A. Desain Kurikulum Disiplin Ilmu
            Desain kurikulum disiplin ilmu berpusat kepada pengetahuan (the kowledge centered design) yang dirancang berdasarkan struktur disiplin ilmu. Penekanan kurikulum ini diarahkan untuk pengembangan intelektual siswa. Para ahli memandang bahwa desain ini berfungsi untuk mengembangkan proses kognitif atau kemampuan berpikir siswa melalui latihan menggunakan gagasan dan melakukan proses penelitian ilmiah (McNeil, 1990).
            Di dalam desain kurikulum disiplin ilmu para ahli menetapkan materi yang harus dikuasai oleh siswa (kompetensi) disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. Ciri utama dari desain kurikulum ini adalah tujuan akhir dari proses pembelajaran adalah siswa tidak sekadar mampu menguasai materi pelajaran dengan baik, tetapi mampu melatih proses berpikir siswa melalui serangkaian prosedur ilmiah yang sudah direncanakan.
            Dalam implementasi di kelas, strategi yang digunakan dalam pembelajaran adalah ekspositori. Dalam kegiatan itu siswa dituntut untuk aktif memahami apa yang disampaikan guru, mencari landasan logika dan dukungan fakta yang relevan. Dengan demikian, diharapkan siswa aktif mengasah kemampuan berpikirnya. Bagi siswa yang memiliki kemampuan berpikir bagus, tentu tidak mengalami persoalan, tetapi bagi siswa yang secara kemampuan kognitif rendah cukup merepotkan.
            Dalam hal evaluasi, desain kurikulum disiplin ilmu menitikberatkan kepada tujuan tiap mata pelajaran. Dalam bidang humaniora evalusasi dalam bentuk essai, matematika dinilai berdasarkan penguasaan aksiomanya bukan sekadar kebenaran dalam menghitung, dan dalam bidang IPA dinilai dalam bentuk pengujian proses berpikir bukan sekadar benar jawaban.
            Dalam perkembangannya, terdapat tiga bentuk organisasi kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu, yaitu subject centered curriculum, correlated curriculum, dan integrated curriculum. Berikut penjelasannya masing-masing.
1.                  Subject Centered Curriculum
Fokus utama dalam subject centered curriculum adalah pemilahan dengan teliti tiap mata pelajaran. Artinya mata pelajaran dipisah-pisah dan tidak terhubung satu sama lain.
2.                  Correlated curriculum
Mata pelajaran tidak disajikan secara terpisah, akan tetapi mata pelajaran-mata pelajaran yang memiliki kedekatan dikelompokkan menjadi satu bidang studi (broadfield). Di Indonesia, misalnya penggabungan mata pelajaran geografi, sejarah, dan ekonomi dikelompokkan menjadi IPS dan fisika dan biologi dikelompokkan dalam bidang studi IPA.
3.                  Integrated Curriculum
Pada organisasi kurikulum yang menganut model integrated tidak lagi menampakkan nama-nama mata pelajaran atau bidang studi. Belajar berangkat dari pokok masalah yang harus dipecahkan. Masalah tersebut kemudian dinamakan unit.
B. Desain Kurikulum Berorientasi pada Siswa
            Desain kurikulum berorientasi pada siswa artinya siswa merupakan sumber isi kurikulum. Kurikulum harus menyesuaikan dengan irama perkembangan siswa.   
Terdapat dua perspektif desain kurikulum yang berorientasi siswa, yakni perspektif kehidupan anak di masyarakat (the child in society perspective) dan perspektif psikologi (the psychological curriculum perspective). Ulasan keduanya adalah sebagai berikut.
1.      Perspektif Kehidupan Anak di Masyarakat
Pada prinsipnya pembelajaran tidak sekadar menghafal atau menguasai buku teks dengan benar, tetapi dalam perspektif ini pembelajaran diarahkan untuk memberikan pengalaman kepada siswa. Artinya siswa mampu mengaitkan berbagai konsep atau teori yang mereka pelajari di kelas dikaitkan dengan dunia nyata, keseharian mereka. Perspektif ini serupa dengan pendekatan pembelajaran kontekstual yang selalu mengaitkan pembelajaran di kelas dengan dunia nyata.
2.      Perspektif Psikologis
Perspektif psikologis sering disebut sebagai desain kurikulum humanistik, yang memandang proses pendidikan tidak sekadar mengembangkan sisi intelektual (kognitif), tetapi juga mengembangkan seluruh pribadi sebagai manusia yang utuh. Oleh karena itu, dalam perspektif ini lebih ditekankan kepada membangun hubungan yang akrab antara guru dan murid. Guru harus membangun kesatuan pribadi secara utuh, yakni intelektual, emosional, dan tindakan. Evaluasi yang digunakan lebih menekankan evaluasi proses, bukan hasil semata. Setiap siswa diberikan kesempatan untuk berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
C. Desain Kurikulum Teknologis
            Desain kurikulum teknologis menfokuskan kepada efektivitas program, metode, dan bahan-bahan yang dianggap dapat mencapai tujuan. Perspektif ini misalnya digunakan dalam pelatihan di kalangan industri dan militer. Desain ini menekankan pencapaian tujuan yang mudah diukur, aktivitas, dan tes, serta pemgembangan bahan-bahan ajar.
            Peran teknologi dalam kurikulum, dapat dilihat dalam dua aspek, yakni sisi penerapan hasil-hasil teknologi dan penerapan teknologi sebagai suatu sistem. Ulasan keduanya adalah sebagai berikut.
1.      Penerapan teknologi
Di dalam aspek penerapan teknologi desain kurikulum memanfaatkan teknologi sebagai media atau alat dalam kegiatan pembelajaran. Penggunaan alat tersebut semata-mata untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Misalnya, penggunaan radio, film, video, dan sebagainya. Dalam pembelajaran bahasa dikenal dengan pembelajaran audio lingual, audio visual, dan direct method (memanfaatkan kaset).
2.      Teknologi sebagai suatu sistem
Aspek teknologi sebagai sistem menekankan penyusunan program pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sistem yang ditandai dengan perumusan tujuan khusus sebagai tujuan tingkah laku yang harus dicapai. Jadi, keberhasilan proses pembelajaran diukur dari sejauh mana siswa dapat menguasai atau mencapi tujuan khusus tersebut.
Desain kurikulum teknologi sangat dipengaruhi oleh psikologi belajar behavioristik. Ciri utama dari teori ini adalah menekankan pola tingkah laku yang bersifat mekanis (Stimulus-Respons).
Bahan pelajaran dalam kurikulum teknologis memiliki ciri-ciri: pengorganisasian materi kurikulum berpatokan pada rumusan tujuan; materi disusun secara berjenjang; materi disusun dari sederhan-kompleks. Efektivitas dan keberhasilan implementasi kurikulum teknologi memegang prinsip-prinsip: kesadaran akan tujuan; dalam pembelajaran siswa diberi kesempatan mempraktikan kecakapan sesuai dengan tujuan; dan siswa diberi tahu hasil yang telah dicapai, sehingga siswa menyadari apakah pembelajaran sudah dianggap cukup atau masih perlu bantuan.
Untuk menentukan atau memilih desain mana yang tepat yang akan dikembangkan oleh sebuah sekolah atau pemerintah dalam menyusun sebuah kurikulum nasional tidaklah mudah. Jika kita menyimak paparan desain kurikulum yang berkembang, semuanya memiliki landasan yang berbeda-beda. Desain disiplin ilmu, sangat dipengaruhi oleh teori belajar kognitif yang menekankan perkembangan kognitif manusia setahap demi setahap, hampir sejalan dengan desain kurikulum yang berorientasi pada siswa. Perbedaannya, fokus utama disiplin ilmu sebenarnya adalah pemilahan disiplin ilmu secara jelas untuk memudahkan dalam penyampaikan kepada anak didik.
            Menarik untuk dicermati bahwa pembelajaran tematik integratif yang diterapkan dalam Kurikulum 2013, tiada lain mengadopsi desain kurikulum disiplin ilmu yang mengintegrasikan beberapa mata pelajaran menjadi satu dan tidak lagi disebut sebagai mata pelajaran. Dalam Kurikulum 2013 jenjang Sekolah Dasar (SD) setiap unit dinamakan sub tema, yang di dalamnya dapat berisi beberapa mata pelajaran seperti penjasorkes, matematika, bahasa Indonesia, PKN, dan seni budaya.
            Apakah dimungkinkan bahwa beberapa desain menjadi satu? Hal ini sangat mungkin terjadi, misalnya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau dalam Kurikulum 2013, hampir semua menetapkan kompetensi yang harus dikuasai siswa, bahkan dalam Kurikulum 2013, tercantum secara spesifik tujuan tingkah laku (karakter) yang diharapkan. Hal ini sejalan dengan desain kurikulum teknologis yang menekankan kepada tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Pada sisi lain kemajuan teknologi juga memungkinkan guru untuk memanfaatkan sebagai media atau alat dalam kegiatan pembelajaran. Pada persepktif lain desain kurikulum saat ini juga tidak sekadar mengembangkan kemampuan intelektual, tetapi juga mengembangkan seluruh pribadi siswa sehingga dapat membentuk manusia yang utuh.
            Dari pemaparan di atas, penulis mengambil sebuah kesimpulan bahwa desain kurikulum yang tepat untuk mengembangkan kurikulum adalah perpaduan antara desain kurikulum disiplin ilmu, desain kurikulum berorientasi pada siswa, dan desain kurikulum teknologi.

2.3 Sudahkah gagasan yang ada terfasilitasi oleh lahirnya kurikulum tahun 2013? Ditinjau dari berbagai komponen (tujuan-seleksi bahan ajar-organisasi bahan ajar-evaluasi)?
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut di atas, ada baiknya kita lihat beberapa perubahan mendasar dari kurikulum 2006 ke kurikulum 2013  yaitu:
a)      Penataan pola pikir.
b)      Pendalaman dan perluasan materi.
c)      Penguatan proses
d)     Penyesuaian beban
Sedangkan elemen yang berubah antara lain:
a)      Standar kompetensi Lulusan
b)      Standar isi
c)      Standar proses
d)     Standar penilaian
Kurikulum 2013 lebih menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah tersebut meliputi, mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring. Secara konseptual kurikulum 2013 jelas ada perubahan signifikan. Perubahan itu tentunya di maksudkan untuk menjadikan pendidikan menjadi lebih baik.
Kurikulum 2013 sudah di implementasikan pada tahun pelajaran 2013/2014 pada sekolah-sekolah tertentu (terbatas). Kurikulum 2013 diluncurkan secara resmi pada tanggal 15 juli 2013. Perbedaan kurikulum 2013 dengan KTSP, sebagai berikut:

No
Kurikulum 2013
KTSP
1.               1
SKL (Standar Kompetensi Lulusan) ditentukan terlebih dahulu, melalui permendikbud No.54 Tahun 2013. Setelah itu baru ditentukan Standar isi, yang berbentuk kerangka dasar kurikulum, yang dituangkan dalam permendikbud No. 67, 68, 69, dan 70 tahun 2013.
Standar isi ditentukan terlebih dahulu melalui permendiknas  No. 22 tahun 2006. Setelah itu ditentukan SKL melalui permendiknas  No. 23 Tahun 2006.
2.               2
Aspek kompetensi lulusan ada keseimbangan soft skill dan hard skill yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Lebih menekankan pada aspek pengetahuan
3.               3
Dijenjang SD tematik terpadu untuk kelas  I-IV
Di jenjang SD tematik terpadu untuk kelas I-III
4
4.
Jumlah jam pelajaran perminggu lebih banyak dan jumlah mata pelajaran lebih sedikit dibanding KTSP
Jumlah jam pelajaran lebih sedikit dan jumlah mata pelajaraan lebih banyak dibanding dengan kurikulum 2013
5.         5
Proses pembelajaran setiap tema di jenjang SD dan semua mata pelajaran di jenjang SMP/SMA/SMK di lakukan dengan pendekatan ilmiah (saintific approach), yaitu standar proses dalam pembelajaran terdiri dari mengamati, menanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta.
Standar proses dalam pembelajaran terdiri dari Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi.
6.         6
TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) bukan sebagai mata pelajaran, melainkan sebagai media pembelajaran
TIK sebagai mata pelajaran
7.         7
Standar penilaian menggunakan penilaian otentik, yaitu mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil
Penilaian lebih dominan pada aspek pengetahuan
8.         8
Pramuka menjadi ekstra kulikuler wajib
Pramuka bukan ekstra kulikuler wajib
9.         9
Permintaan (penjurusan) mulai kelas X untuk jenjang SMA/MA
Penjurusan mulai kelas IX
10.     10
BK lebih menekankan pengembangan potens siswa
BK lebih pada menyelesaikan masalah siswa

Itulah beberapa perbedaan kurikulum 2013 dan KTSP. Walaupun keliatannya terdapat perbedaan yang sangat jauh antara kurikulum 2013 dengan KTSP, namun sebenarnya terdapat kesamaan ESENSI kurikulum 2013 dengan KTSP. Misalnya pendekatan ilmiah (saintific approach) yang pada hakikatnya adalah pembelajaran berpusatnya pada siswa. Siswa mencari pengetahuan bukan menerima pengetahuan. Pendekatan ini mempunyai esensi yang sama dengan pendekatan keterampilan proses (PKP). Masalah pendekatan sebenarnya bukan bukan masalah kurikulum, tetapi masalah implementasi yang tidak jalan di kelas. Bisa jadi pendekatan ilmiah yang diperkenalkan dikurikulum 2013 akan bernasip sama dengan pendekatan-pendekatan kurikulum terdahulu bila seorang guru tidak paham dan tidak bisa menerapkan dalam pembelajaran di kelas.
Saat ini yang ramai diperbincangkan di media massa terkait perubahan kurikulum adalah masalah pengurangan mata pelajaran dan penambahan jam belajar, secara mendasar, ada empat elemen perubahan dalam kurikulum 2013, yakni standar kompetensi lulusan, standar isi (kompetensi inti dan kompetensi dasar), standar proses, dan standar penilaian. Penyempurnaan standar kompetensi lulusan memperhatikan pengembangan nilai, pengetahuan, dan keterampilan. Secra terpadu dengan fokus pada pencapaian kompetensi.
Sudahkah gagasan yang ada terfasilitasi oleh lahirnya kurikulum tahun 2013? Ditinjau dari berbagai komponen (tujuan-seleksi bahan ajar-organisasi bahan ajar-evaluasi)? Jawaban penulis adalah SUDAH. Sudah semua gagasan yang ada terfasilitasi oleh lahirnya kurikulum tahun 2013. Ditinjau dari berbagai komponen baik tujuan, seleksi bahan ajar, organisasi bahan ajar, dan evaluasi. Namun seklipun semua telah dianggap terfasilitasi, pastinya terdapat berbagai kelemahan di dalam pelaksanaanya. Penulis menganggap bahwa kelamahan tersebut bukan berarti hadirnya kurikulum 2013 tidak memfasilitasi gagasan yang ada.
 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar