I. PENDAHULUAN
Kompositum atau bentuk majemuk
adalah penggabungan dua bentuk kata atau lebih. Bentuk ini terdiri atas verba
majemuk dan verba nominal. Verba majemuk adalah deret dua kata atau lebih
menghasilkan makna yang masih dapat diruntut dari makna komponennya yang
tergabung (Moeliono, 2001: 22).
Kata terjun dan kata payung dapat digabungkan menjadi terjung payung. Makna perpaduan ini masih dapat ditelusuri dari makna kata terjun dan kata payung, yaitu melakukan terjun dari udara dengan memakai semacam payung. Hasil perpanduan dua verba seperti ini dinamakan verba majemuk. Penanda lain verba majemuk adalah urutannya tetap dan tidak dapat dipertukarkan tempatnya. Contoh: 1) terjun payung tidak dapat menjadi payung terjun; 2) siap tempur tidak dapat menjadi tempur siap; 3) tatap muka tidak dapat menjadi muka tatap.
Kata terjun dan kata payung dapat digabungkan menjadi terjung payung. Makna perpaduan ini masih dapat ditelusuri dari makna kata terjun dan kata payung, yaitu melakukan terjun dari udara dengan memakai semacam payung. Hasil perpanduan dua verba seperti ini dinamakan verba majemuk. Penanda lain verba majemuk adalah urutannya tetap dan tidak dapat dipertukarkan tempatnya. Contoh: 1) terjun payung tidak dapat menjadi payung terjun; 2) siap tempur tidak dapat menjadi tempur siap; 3) tatap muka tidak dapat menjadi muka tatap.
Verba nominal pada dasarnya
mempunyai ciri yang sama dengan verba majemuk. Suami-istri merupakan verba
nominal karena maknanya masih dapat diuraikan dari makna kata suami dan istri.
Hal ini sangat jelas berbeda dengan idiom. Idiom juga terbentuk melalui proses
penggabungan beberapa kata. Perbedaan antara verba majemuk dan nomina majemuk
dengan idiom terdapat pada penulusuran makna kata yang membentuknya. Jika makna
verbal majemuk dan nominal majemuk masing dapat diuraikan, makna idiom tidak
dapat diuraikan secara langsung dari masing-masing makna yang tergabung. Kata
naik dapat digabungkan dengan darah sehingga terbentuk naik darah. Perpaduan
dua kata ini menimbulkan makna baru dan tidak ada hubungannya dengan darah yang
naik.
Berdasarkan panjang-pendeknya, verba majemuk dan verba nominal berbeda dengan idiom. Perpaduan bentuk majemuk pada umumnya terdiri atas dua kata. Tatap muka, bunuh diri, dan maju mundur merupakan contoh verba majemuk dan uang pangkal, anak cucu, dan cetak coba merupakan contoh verba nominal. Akan tetapi, perpaduan pada bentuk idiom dapat terdiri dari dua kata atau lebih. Kata bertepuk sebelah tangan, bermain api, dan memancing di air keruh adalah bentuk-bentuk idiom.
Berdasarkan panjang-pendeknya, verba majemuk dan verba nominal berbeda dengan idiom. Perpaduan bentuk majemuk pada umumnya terdiri atas dua kata. Tatap muka, bunuh diri, dan maju mundur merupakan contoh verba majemuk dan uang pangkal, anak cucu, dan cetak coba merupakan contoh verba nominal. Akan tetapi, perpaduan pada bentuk idiom dapat terdiri dari dua kata atau lebih. Kata bertepuk sebelah tangan, bermain api, dan memancing di air keruh adalah bentuk-bentuk idiom.
II. PEMBAHASAN
Verba Majemuk
Verba majemuk adalah verba yang
terbentuk melalui proses penggabungan satu kata dengan kata yang lain. Dalam
verba majemuk, penjejeran dua kata atau lebih itu menumbuhkan makna yang secara
langsung masih bisa ditelusuri dari makna masing-masing kata yang tergabung.
Idiom juga merupakan perpaduan dua kata atau lebih, tetapi
makna dari makna-makna masing-masing kata yang tergabung. Kata naik misalnya,
dapat dipadukan dengan kata darah sehingga menjadi naik darah.
Kalau dipakai formula untuk membedakan idiom dengan verba majemuk, maka perbedaan itu adalah:
Kalau dipakai formula untuk membedakan idiom dengan verba majemuk, maka perbedaan itu adalah:
Idiom : A + B menimbulkan makna C
Verba majemuk : A + B menimbulkan makna AB
Salah satu ciri lain dari verba majemuk adalah ahwa urutan
komponennya seolah-olah telah menjadi satu sehingga tidak dapat dipertukarkan
tempatnya. Karena keeratan hubungannya verba majemuk juga tidak dapat
dipisahkan oleh kata lain. Bentuk *temu wicara, *siap guna tempur, dan *tatap
dengan muka.
Verba majemuk juga dibedakan dari idiom panjang-pendeknya bentuk. Biasanya verba majemuk pendek dan umumnya terbatas pada dua kata.
Verba majemuk harus pula dibedakan dari frasa verba. Frasa verba juga terdiri dari dua kata atau lebih. Berdasarkan bentuk morfologisnya, verba majemuk terbagiatas (1) verba majemuk dasar, (2) verba majemuk berafiks, dan (3) verba majemuk berulang. Berdasarkan komponen-komponennya, verba majemuk terbagi atas (i) verba majemuk bertingkat, dan (ii) verba majemuk setara. Verba majemuk bertingkat adalah verba majemuk yang salah satu komponennya merupakan inti. Hubungan itu dapat dilihat jelas apabila apabila verba majemuk itu diparafrasekan. Contohnya:
Verba majemuk juga dibedakan dari idiom panjang-pendeknya bentuk. Biasanya verba majemuk pendek dan umumnya terbatas pada dua kata.
Verba majemuk harus pula dibedakan dari frasa verba. Frasa verba juga terdiri dari dua kata atau lebih. Berdasarkan bentuk morfologisnya, verba majemuk terbagiatas (1) verba majemuk dasar, (2) verba majemuk berafiks, dan (3) verba majemuk berulang. Berdasarkan komponen-komponennya, verba majemuk terbagi atas (i) verba majemuk bertingkat, dan (ii) verba majemuk setara. Verba majemuk bertingkat adalah verba majemuk yang salah satu komponennya merupakan inti. Hubungan itu dapat dilihat jelas apabila apabila verba majemuk itu diparafrasekan. Contohnya:
jumpa pers =
jumpa dengan pers
haus kekuasaan =
haus akan kekuasaan
verba majemuk setara ialah verba majemuk yang kedua
komponennya merupakan inti. Hubungan itu dapat dilihat pada parafrase sebagai
berikut:
timbul tenggelam = timbul dan tenggelam
jatuh bangun
= jatuh dan bangun
Jelaslah bahwa bukan satu komponen yang menjadi inti, tetapi
kedua-duany. Dari parafrase tersebut terlihat bahwa hubungan kedua komponen
bersifat koordinatif.
1. Verba Majeuk Dasar
Yang dimaksud dengan verba majemuk dasar ialah verba
majemukyang tidak verafiks dan tidak mengandung komponen berulang, serta dapat
berdiri sendiri dalam frase, klausa, atau kalimat. Ada tiga pola verba majemuk
dasar yang paling umum yaitu (a) komponen pertama berupa verba dasar dan
komponen kedua berupa nomina dasar, seperti mabuk laut; (b) komponen pertama
berupa adjectiva dan komponen kedua berupa verba, sepert kurang makan; (c) kedua
komponen berupa verba dasar seperti hancur lebur.
2. Verba Majemuk Berafiks
Verba majemuk berafiks ialah verba majemuk yang mengandung
afiks tertentu. Verba majemuk berafiks dapat dibagi menjadi tiga kelompok.
a. Verba majemuk
berafiks yang pangkalnya berupa bentuk majemuk yang tidak dapat berdiri sendiri
dalam kalimat disebut verba majemuk terikat.
b. Verba majemuk berafiks yang
pangkalnya berupa bentuk majemuk yang dapat berdiri sendiri disebut verba
majemuk bebas.
c. Verba majemuk berafiks
yang komponennya telah berafiks lebih dahulu
3.
Verba majemuk berulang
Verba majemuk dalam bahasa Indonesia
dapat direduplikasi jika kemajemukannya bertingkat dan jika intinya adalah
bentuk verba yang dapat direduplikasikan pula. Hanya komponen verba yang mengalami
reduplikasikan pula. Contoh:
Naik pangkat naik-naik pangkat
Pulang kampung pulang-pulang kampong
Dari contoh diatas tampaklah bahwa
hanya komponen verba yang mengalami reduplikasi.
Ciri-ciri
yang membedakan kata majemuk dari frase:
1. Ketaktersisipan, yaitu komponen-komponen kompositum
tersebut tidak dapat disisipi apa pun. Harimurti member contoh kata alat
negara. Kata ini masih bisa disisipi partikel dari sehingga menjadi alat
dari negara. Jadi, kate ini bukan kata majemuk, melainkan frase.
2. Ketakterluasan, yaitu komponen-komponen kompositu
tersebut tidak dapat diafiksasi dan dimodifikasi. Jika terjadi perluasan, itu
pun hanya mungkin untuk semua komponen sekaligus. Contoh yang diberikan adalah kereta
api yang dapat dimodifikasi menjadi perkeretaapian.
3. Ketakterbalikan, yaitu komponen-komponen tersebut
tidak dapat dipertukarkan. Menurutnya, bapak ibu, pulang pergi, dan lebih
kurang bukanlah komposisi melainkan frase koordinatif karena dapat
dibalikkan. Arif bijaksana, hutan belantara, dan bujuk rayu barulah
disebut kompositum karena tidak dapat dibalikkan.
Jadi, menurut Harimurti, jika tidak memenuhi ciri-ciri di
atas, bentuk tersebut bukan kompositum, melainkan frase.
Banyak pendapat mengenai kompositum. Harimurti menyebutkan bahwa ada variasi dalam kata
majemuk, yaitu kata majemuk kompleks seperti memukul mundur, menembak mati, dan
bersatu padu, dan kata majemuk simpleks seperti anak sungai, lemah
semangat, dan daya juang. Oleh karena itu, Karimurti membuat bagan
kata majemuk yang hasilnya diuraikan seperti di bawah ini:
leksem tunggal + kata
berafiksàKata majemuk
Contoh: lomba mengarang
Salah asuhan
kata bereduplikasi +
leksem tunggalàKata majemuk
Contoh: keras-keras lemah
Tua-tua keladi
leksem tunggal +
fraseàKata majemuk
Contoh: mabuk bungan raya
kompositum dalam
kompositumàKata majemuk
Contoh: tanah tumpah darah
Menurut Harimurti, kompositum juga harus dibedakan dari
idiom dan semi-idiom. Idiom adalah konstruksi yang maknanya tidak sama dengan
makna komponen-komponennya. Semi-idiom ialah konstruksi yang salah satu
komponennya mengandung makna khas yang ada dalam konstruksi itu saja. Konsep idiom
dan semi-isiom ini juga dapat terjadi dalam kompositu. Karena itu, Harimurti
memberikan contoh-contoh yang dapat membantu kita membedakan kompositum
idiomatic dan semi-idiomatis.
Kompositum non-idiomatis, contohnya: adu lari, akal budi,
alih tugas, anak cucu, dan jual beli. Kompositum semi idiomatis,
contohnya: anak angkat, banting harga, gatal tangan, dan harga diri.
Kompositum idiomatis contohnya: banting tulang, buah bibir, bulan madu,
jantung hati, dan darah daging. Harimurti lalu melakukan pengklasifikasian
kompositum menjadi lima golongan:
1.
Kompositum subordinatif substantif (tipe A)
2.
Kompositum subordinatif atributif (tipe B)
3.
Kompositum koordinatif (tipe C)
4.
Kompositum berproleksem (tipe D)
5.
Kompositum sintetis (tipe E)
Contoh
yang diberikan Harimurti untuk tipe-tipe di atas antara lain sebagai berikut:
a)
Tipe A: anak air, bibir cawan, buah hati, kepala keluarga, mata panah, perut
bumi, suku kata, dan tangan baju.
b)
Tipe B: banyak akal, banyak bicara, bebas tugas, berat hati, gelap hati,
hilang akal, campur tangan, buruk hati, datang bulan, mati rasa, naik gaji,
kurang darah, lepas tangan, panjang umur, ringan tangan, patah tulang, senang
hati, tipis harapan, tunarungu, dan tebal muka.
c)
Tipe C: adat istiadat, aman sejahtera, panjang lebar, besar kecil, ayah ibu,
basah kuyup, anak cucu, dan ambil alih. Di sini disebutkan contoh ayah
ibuyang berpola ‘a pria, b wanita’. Jika dibandingkan
dengan bapak ibu, sebenarnya contoh ini tidak berbeda, namun konteks
kalimatlah yang membedakan kedua kata ini sebagai kompositum dan frase.
d)
Tipe D: asusila, bilingualisme, metafisika, makro-ekonomi, dan semifinal.
e)
Tipe E: geofisika, sentimeter, dan psikologi.
Dalam
tabelnya di bagian akhir, Harimurti membagi kompositum subordinatif menjadi
bagian yang lebih khusus, yaitu:
a)
Subordinatif bebas: Idiom kutu buku
dan kambing hitam; Non-idiom basah
kuyup dan peran serta
b)
Subordinatif terikat: Idiom banting
tulang dan darah dingin; Non-idiom
limpah ruah dan salah guna
c)
Kompositum yang mengandung pengulangan satu
padu, hina dina, kaya raya, dan adat istiadat.
Begitu juga dengan kompositum koordinatif, Harimurti
membaginya menjadi:
a)
Koordinatif bebas: Idiom tanah air dan
darah daging; Non-idiom sunyi
senyap dan cantik jelita
b)Koordinatif
terikat: tidak ada contoh Idiom; Non-idiom
sebar luas, kembang biak, lipat ganda
c)
kompositum berproleksem amoral,
antar-bangsa, hipotaksis, dan paranormal.
Jadi, Harimurti membedakan kompositum dan frase melalui
proses pembentukannya dan unsur-unsur pembentuknya. Karena itu, dalam buku
Harimurti, terdapat istilah paduan leksem, berbeda dengan ahli lainnya yang
hanya menyebutkan komposisi atau kata majemuk. Konsep kata mejemuk dalam buku
Harimurti dengan buku ahli lainnya sebenarnya tidak begitu berbeda. Marilah
kita lihat komposisi dalam buku yang lain.
Pengertian komposisi atau pemajemukan menurut Muslich ialah
bergabungnya dua morfem dasar atau lebih secara padu dan menimbulkan arti yang
baru. Hasil proses pemajemukan disebut bentuk majemuk. Dalam hal ini, Muslich
berbeda pendapat dengan Harimurti yang menyebutkan bahwa hasil dari proses
pemajemukan disebut kompositum yang merupakan calon kata majemuk. Dengan kata
lain, Harimurti membedakan kata majemuk dengan kompositum, sedangkan Muslich
tidak membedakannya. Namun, muslich menyebut kata majemuk sebagai bentuk
majemuk.
Perbedaan antara frase dan bentuk majemuk menurut Muslich
adalah konstruksi katanya. Muslich menunjukkan bahwa suatu konstruksi kata
benda dan kata kerja, contoh: adik tidur, memiliki dua kemungkinan,
yaitu fungsi predikatif dan fungsi atributif. Fungsi predikatif terjadi apabila
frasa tersebut dapat disisipi bentuk yang menyatakan aspek (misalnya akan,
telah, dan sedang). Fungsi atributif dapat disisipi bentuk yang
atau tidak. Sebagai contoh, adik tidur yang dapat disisipi
(menjadi adik yang tidur) merupakan frase dan kamar tidur (tidak
dapat disisipi) merupakan bentuk majemuk. Kemudian, konstruksi kata
benda, contoh: kaki tangan memiliki fungsi posesif atau koordinatif.
Fungsi posesif tersebut ditandai dengan adanya bentuk –nya atau kata milik
yang dapat disisipi, sedangkan fungsi koordinatif dapat disisipi bentuk dan.
Berbeda halnya dengan kata majemuk yang tidak dapat disisipi
bentuk atau unsur lain seperti yang terdapat dalam frasa. Unsur tersebut
jika diberi afiks dianggap sebagai satu kesatuan bentuk. Dilihat dari
sifat unsur, bentuk majemuk umumnya belum pernah mengalami proses morfologis,
contoh: kamar kerja dan terima kasih. Lalu, konstruksinya juga
tidak dapat dibalik, seperti kamar mandi tidak bisa dibalik menjadi mandi
kamar. Karena itu, menurut Muslich, dalam bahasa Indonesia memang terdapat
bentuk majemuk karena secara konstruktif bentuk majemuk ini dapat dibedakan dengan
frase.
Menurut Muslich, bentuk-bentuk majemuk tertentu mudah sekali
dikenalsebab artinya memang benar-benar “berbeda”, atau sama sekali tak
berhubungan dengan arti dari setiap unsur pembentuknya (2009:60). Contoh bentuk
ini adalah kambing hitam, meja hijau, dan gulung tikar. Bentuk-bentuk
inilah yang dalam buku Harimurti disebut kompositum idiomatis. Bentuk-bentuk
lain yang dianggap sebagai kata majemuk antara lain pisang goreng dan
singkong rebus.
Muslich membagi tiga jenis bentuk majemuk berdasarkan
hubungan unsur0unsur pendukungnya:
(1)
Bentuk majemuk unsur pertama diterangkan (D) oleh unsur kedua (M);
(2)
Bentuk majemuk yang unsur pertama menerangkan (M) unsur kedua (D);
(3)
Bentuk majemuk yang unsur-unsurnya tidak saling menerangkan, tetapi hanya merupakan
rangkaian yang sejajar (kopulatif), biasa disebut dwandwa.
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Kompositum atau bentuk majemuk adalah penggabungan dua
bentuk kata atau lebih. Bentuk ini terdiri atas verba majemuk dan verba
nominal. Verba majemuk adalah deret dua kata atau lebih menghasilkan makna yang
masih dapat diruntut dari makna komponennya yang tergabung (Moeliono, 2001:
22).
Verba majemuk adalah verba yang terbentuk melalui proses
penggabungan satu kata dengan kata yang lain. Dalam verba majemuk, penjejeran
dua kata atau lebih itu menumbuhkan makna yang secara langsung masih bisa
ditelusuri dari makna masing-masing kata yang tergabung.
B. Saran
Makalah ini
masih jauh dari kata sempurna untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat
kami harapkan dari para pembaca sekalian
demi kesempurnaan makalah ini kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin,
Zaenal, dan Junaiyah H.M. 2009. Morfologi, Bentuk, Makna, dan Fungsi.
Jakarta: PT Gramedia Widiarsarana Indonesia.
Chaer,
Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta:
Rineka Cipta.
Kridalaksana,
Harimurti. 1987. Beberapa Prinsip Perpaduan Leksem dalam Bahasa
Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
________.
2009. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Muslich,
Masnur. 2009. Tata Bentuk Bahasa Indonesia: Kajian ke Arah Tatabahasa
Deskriptif. Jakarta: Bumi Aksara.
Parera,
Jos Daniel. 2007. Bahasa Morfologi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Ramlan, M. 2001. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif.
Yogyakarta: C.V Karyono.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar