PEMBAHASAN
I. ASPEK PERKEMBANGAN BAHASA
Aspek perkembangan bahasa terdiri dari empat, yaitu mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis. Seefeldt & Wasik (2008:324) menjelaskan keempat aspek tersebut masing-masing akan dijabarkan sebagai berikut[1].
1. Mendengarkan (menyimak)
Anak-anak mengembangkan kemampuan mendengarkan agar memahami lingkungan mereka. Supaya mereka belajar, mereka harus menerima masukan informasi dan mengolahnya. Mendengarkan dan memahami informasi adalah langkah dasar dalam memperoleh pengetahuan karena fungsi indra pendengaran sangat mempengaruhi perolehan informasi. Mendengar bukan merupakan kemampuan alami, sejak lahir. Untuk itu kemampuan ini dipelajari lewat bimbingan dan pengajaran orang tua, guru, dan orang lain di lingkungan anak-anak.
2. Berbicara
Dickinson dan Snow menurut Seefeldt dan Wasik menyatakan bahwa untuk belajar bahasa, anak-anak memerlukan kesempatan untuk bicara dan didengarkan. Dialog efektif antara orang dewasa dan anak termasuk orang dewasa yang mendengarkan ketika anak itu berbicara, mengajukan pertanyaan yang mendorong anak itu bicara lebih banyak, dan memperluas serta mengolah apa yang dikatakan anak itu.
3. Membaca
Membaca merupakan kemampuan individu dalam mengolah kata-kata dan sistem bahasa pada huruf dan kata tercetak. Kuncinya adalah memahami kombinasi huruf dan kata yang tercetak. Sistem bahasa yang berpengaruh disini adalah kemampuan anak dalam hal semantik, dan sintaksis serta pragmatis bahasa.
Suatu hal yang penting dalam perolehan membaca pada anak usia dini adalah bahasa yang digunakan haruslah konkret dan konteksual, dimana anak tahu tata bahasanya dengan melihat bentuk konkret dari bendanya yang berasal dari lingkungan sekitar. Cara tersebut mempermudah kemampuan anak membaca dan memahami apa yang dibacanya.
4. Menulis
Menulis merupakan bagian yang paling rumit dalam perolehan bahasa anak. Hal tersebut karena dalam menulis anak sudah mampu membaca. Namun, walalupun demikian proses yang dialami tentunya bertahap. Kemampuan anak menulis diawali dengan kemampuannya mencoret yang abstrak bertahap menjadi jelas bentuk hurufnya.
Sulzby menyatakan bahwa ketika anak tertarik pada buku dan huruf cetak, mereka mulai mengerti bahwa huruf cetak, seperti juga bahasa membawa sebuah pesan. Anak-anak pemula dimotivasi untuk menulis guna mengungkapkan ide dan pikiran mereka dengan huruf cetak.
Menulis, seperti juga membaca, terus berkembang sepanjang anak-anak mempunyai pengalaman yang berulang dengan huruf cetak. Yang penting juga untuk dipahami bahwa anak menulis atau mencoba untuk mengungkapkan diri mereka dalam huruf cetak meskipun apa yang mereka buat tidak kelihatan seperti huruf cetak konvensional.
II. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN BAHASA (GRAMATIKA)
Perkembangan bahasa pada anak terdiri dari dua macam yaitu bahasa awal (pertama) dan bahasa kedua. Bahasa awal adalah bahasa komunikasi antara anak dengan ibunya bisanya dalam bentuk prilaku/ gerak dan suara maupun tangisan. Ada penelitian yang menyatakan bahwa bahasa awal ini sudah dimiliki anak bahkan sejak dalam kandungan. Sedangkan bahasa kedua adalah bahasa yang diperoleh anak dari lingkungnnya baik keluarga, sekolah maupun masyarakat, misalanya bahasa daerah, bahasa sehari-hari dll. Menurut beberapa ahli perpembangan bahasa pada anak-anak terdiri dari tahap-tahap sebagai berikut (Crain)[3]?
1. Bahasa Awal
Bahasa awal ini merupakan bahasa pertama bagi bayi atau biasa disebut bahasa ibu, artinya bahasa komunikasi antara bayi dengan ibunya. Bahasa ini bernilai universal, yaitu bahasa yang pada semua bayi sama di seluruh dunia. Pada usia satu bulan mendeguk dan menjekut, dan pada usia enam bulan mereka biasanya mulai meraban, membuat suara-suara getaran bibir dan lidah seperti ‘ba ba ba’ atau ‘da da da’.
2. Pengucapan Satu-Kata
Pada usia sekitar satu tahun, bayi mulai memproduksi kata-kata tunggal. Beberapa peneliti percaya kalau mereka berusaha menggunakan kata-kata tunggal untuk mengekspresikan kalimat. Misalnya ‘kue’ berarti ‘aku ingin kue’ atau ‘di sana ada kue’, bergantung pada konteksnya. Namun sangat berbahaya kalau kita terlalu banyak terserap ke dalam ucapan bayi.
3. Pengucapan Dua-Kata
Sekitar mulai satu setengah tahun, anak-anak meletakkan dua kata bersama-sama, dan bahasa mereka menunjukkan struktur tertentu. Berikut sejumlah ucapan dua kata.
Jenis | Contoh | |
1. | Penamaan | Kucing itu |
2. | Pengulangan | Melompat lagi |
3. | Penegasian | Bola hilang |
4. | Kepemilikan | Mobil saya |
5. | Atribut | Anak besar |
6. | Agen-aksi | Andi memukul |
7. | Aksi-objek | Memukul bola |
8. | Agen-objek | Ibu roti (artinya, ‘ ibu sedang memotong roti’) |
4. Pengembangan Gramatika
Anak usia dua sampai tiga tahun, anak biasanya meletakkan tiga atau lebih kata secara bersamaan, sekarang mulai menggunakan subjek dan predikat yang melampai fungsinya sekadar sebagai agen dan tindakan saja. Ucapan anak-anak biasanya mengikuti urutan S-P-O, sesuatu yang integral dengan struktur.
Setelah mulai mengucapkan tiga atau lebih kata secara bersamaan, anak mulai menunjukkan bahwa mereka memahami ketergantungan pada struktur/ hubungan antar kata dalam kalimat.
5. Perubahan-perubahan
Antara tiga sampai enam tahun, gramatika anak-anak berubah dengan cepat menjadi cukup kompleks. Bellugi-Klima (Crain, 2007) mempelajari bagaimana anak membentuk kata tanya ‘Dimana’, ‘apakah’, dan ‘Kenapa’ dari pengubahan struktur dalam kalimat itu sendiri. Di samping itu, anak usia ini sebetulnya memahami struktur (S-P-O) dari kalimat namun terkadang terjadi kesalahan dalam menempatkan/ mengucapkan kata-kata penghubung.
6. Mendekati Gramatika Orang Dewasa
Meskipun anak menguasai banyak aspek gramatika di usia lima atau enam tahun, namun sejumlah pengubahan kalimat yang kompleks masih tidak mampu mereka lakukan. Sebagai contoh, mereka tampaknya kesulitan pada kalimat pasif sampai usia tujuh tahun atu lebih. Namun begitu, usia 5 sampai 10 tahun tetap penting untuk ementukan kemampuan kemampuan gramatika anak yang paling halus dan kompleks.
Jamaris (2006:34) juga mengklasifikasikan perkembangan bahasa sebagai berikut[4]:
0 – 3 bulan | Anak sudah melakukan kontak mata serta menaruh minat pada orang yang berbicara dengannya. Ia senang melihat gerakan lidah. Anak menangis untuk menyatakan keinginannya |
6 bulan | Anak mulai mengulangi suku kata. Ia mampu mengucapakan kata “ma….pa…” |
9 bulan | Anak sudah mulai memahami kata-kata yang mempunyai arti. Ia mampu mengikuti perintah sederhana. |
12 bulan | Anak mampu mengulangi kata-kata dengan sengaja. Diusia ini sudah menguasai sekitar 200 kata |
15 bulan | Anak mulai mengenal obyek kata yang mempunyai nama |
18 bulan | Anak mulai mengucapkan kata |
21 bulan | Anak mulai mengucapkan frase |
24 bulan | Anak mulai mengucapkan kalimat. Diusia ini, orang tua bisa memahami apa yang dibicarakannya karena anak sudah mampu mengucapkannya dengan artikulasi jelas |
2-3 tahun | Anak mengerti dan dapat menggunakan lebih banyak kata. Ia juga mampu membuat kelimat sederhana |
3-4 tahun | 1. Memahami konsep persamaan dan perbedaan2. Mampu membuat kalimat lengkap yang terdiri dari 5-6 kata. Sudah mampu menempatkan subyek, predikat dan obyek dengan benar 3. Mulai dapat bercerita dengan pengucapan yang jelas dan relative mudah dimengerti |
4-6 tahun | Bisa merangkai kalimat yang lebih dari 6 kata. Mempunyai perbendaharaan kata hingga 10.000 kata. Memahami bahwa antara huruf dan bunyi terdapat hubungan. Mampu menyebutkan nama dan alamat. Sudah mampu bercerita lebih panjang dengan kalimat yang lebih kompleks. Beberapa anak bahkan mampu menuliskannya. Bisa menggunakan bahasa untuk mengekspresikan empati |
Sujiono (2005) mengklasifikasikan karakteristik perolehan bahasa anak sebagai berikut[5].
1. O-6 bulan
- Mendengarkan suara yang berada di dekatnya
- Bereaksi terhadap suara atau bunyi yang didengarnya
- Membuat suara lembut seperti “oo” dalam tanggapannya terhadap orang lain
- Mengeluarkan tiga suara yang berbeda
- Mengoceh walau belum jelas apa yang diucapkannnya seperti baba..da..da..
1. 7-12 bulan
- Mengocehnya meningkat, kadang-kadang kedengaran seperti pembicaraan yang sebenarnya dengan intonasi naik turun. Kata-kata pertama, mama, papa.
- Mengenal suara-suara disekitarnya seperti suara kucing, ayam, tukang jualan, dll
- Menirukan suara atau mengulang bunyi yang didengar
- Memberikan nama atau label pada benda berdsarkan suara, misalnya meong untuk kucing.
- Bereaksi cepat ketika namanya dipanggil, dengan cara menoleh
- Mampu mengikuti satu perintah sederhana
Menurut Morrow (1993:72) perkembangan bahasa memiliki tingkatan-tingkatan berdasarkan usia yang di jelaskan sebagai berikut [6]:
1. 1. Lahir – 1 tahun
Di awal bulan infancy, bahasa orang yang terdiri dari sebuah percobaan anak atau permainan dengan suara. Anak menangis ketika mereka merasa tidak nyaman dan dekut, mengoceh ketika merasa senang. Orang tua dapat membedakan teriakan/tangisannya. Tangisan pertama untuk bahasa lapar dan yang lain untuk sakit, sebagai contohnya. Infant belajar dari hasil perbedaan teriakan/tangisan. Mereka berkomunikasi secara non verbal secara baik dengan menggerakkan tangan dan lengan untuk mengekspresikan kesenangan atau tangisan.
Ketika seorang bayi berusia 6 bulan, ocehan menjadi lebih halus. Anak pada usia tersebut biasanya mampu mengkombinasikan macam-macam suara dengan vokal. Mereka mengulangi kombinasi yang baik dan semakin baik. Pada tingkatan ini orang tua kadang-kadang berpikir mereka sedang mendengarkan satu kata anak-anak. Pengulangan konsonan dan vokal , seperti da, da, da atau ma, ma, ma adalah seperti suatu kata yang sempurna. Kebanyakan orang tua menguatkan prilaku positif anak pada tingkatan ini.
Dari delapan sampai 12 bulan, penguasaan bahasa anak meningkat secara komprehensif; mereka memahami bahasa melebihi kemampuan yang di hasilkan. Bagaimanapun penguasaan bicara satu kata, biasanya lebih dikenal dan bermakna bagi mereka dalam kehidupan sehari-hari. Seperti papa, mama, dada, cucu, dan, ndk, secara langsung.
2. 1 – 2 tahun
Bahasa awal seorang anak tumbuh cepat antara satu dan dua tahun. Selanjutnya dengan ucapan satu kata, anak mengucapkan banyak suara dengan intonasi orang dewasa seperti ketika bicara dalam sebuah kalimat. Ucapan ini sulit dipahami bagi orang dewasa, bagaimanapun juga. Anak memulai menggunakan ucapan telegrapik dari 12 bulan- inilah bukti awal pengetahuan mereka tentang syntaksis. Ucapan telegrapik menggunakan makna kata, seperti kata benda dan kata kerja, tetapi mengabaikan fungsi kata, seperti konjungsi. Misalnya, “ayah rumah”, maksudnya “ayah datang ke rumah” atau “burung tinggi” maksudnya ”burungnya sedang terbang tinggi”.
Bahasa melonjak secara pesat pada suatu kejadian ketika anak mengkombinasikan kata-kata.
III. SISTEM BAHASA
Setiap bahasa terdiri dari sistem-sistem utama/elemen dasar bahasa. Pada anak usia dini umumnya terdapat 5 sistem bahasa, diantaranya
1. Fonologi (fonemik)
Menurut IRA (International Reading Association) dalam Seefeldt dan Wasik[7] (2008:326) fonologi (fonemik) merupakan pengertian mendalam tentang bahasa lisan dan khususnya tentang pemilahan bunyi-bunyi yang dipakai dalam komunikasi bicara. Pemahaman fonologi’ (fonemik) bukan penguasaan bunyi di dalam kata tetapi kesadaran akan bunyi itu di dalam kata. Anak-anak bisa menyadari bunyi yang dihasilkan kata-kata tanpa mengetahui huruf atau label untuk bunyi di dalam kata-kata yang bersajak.
Berkenaan dengan ketentuan yang mengatur struktur, distribusi dan urutan dan atau kombinasi bunyi, serta bentu ucapan. Contoh kata yeng berbunyi “ng”, juga pada intonasi suara yang akan menjadikan perbedaan makna karenanya.
Munn dan Stoel dalam Santrock[8] (2008:353) menyatakan bahwa setiap bahasa dibentuk dari suara-suara dasar. Fonologi adalah sistem suara dari suatu bahasa, termasuk suara-suara yang digunakan dan bagaimana suara-suara tersebut dikombinasikan
2. Morfologi
Berkenaan dengan organisasi kata-kata secara internal, ada kata yang dapat berdiri sendiri seperti: buku, sepatu, meja, sekolah, dan lain-lain, dan yang tidak dapat berdiri sendiri, seperti awalan ber-, me-, di-, atau kata kerja. Morfen itu sendiri adalah unit terkecil dari bunyi kata yang harus dikombinasikan dengan kata-kata lain sehingga mempunyai makna. Beberapa kombinasi dari morfem. Sebagai contoh morfen kata kucing, disini kucing memiliki makna bebas tetapi jika mempunyai makna lebih khusus maka harus ada morfem dibelakangnya, misalnya memandikan kucing.
Santrock (2008:353) mengacu pada unit-unit makna yang membentuk formasi kata. Sebuah morfem adalah unit terkecil yang masih memiliki makna; yang berupa kata (atau bagian kata) yang tidak dapat dipecah lagi menjadi bagian bermakna yang lebih kecil. Misalnya, kata “girl” adalah satu morfem, atau unit bermakna: tidak dapat dipecah lagi menjadi unit lebih kecil.
3. Syntaksis
Pada dasarnya sintaksis berkenaan dengan atur-aturan dalam pembentukan kata dan kalimat, yakni memiliki subjek, predikat, objek. Contoh: Adik minum susu.
Sintaksis menunjukkan peran yang dihasilkan dalam frase, klausa, dan kalimat (Morrow, 1993)[9]. Peggunaan sintaksis dari bahasa yang kita keluarkan membantu anak memahami apa yang mereka dengar dan apa yang akan mereka baca. Sintak memasukkan peran untuk pola dasar, peran untuk mentransformasi pola dalam perintah untuk mengeneralisasikan kalimat baru, dan peran untuk menanamkan, memperluas, dan menggabungkan kalimat dalam suatu perintah menjadi sesuatu yang kompleks.
Sedangkan Santrock(2008:354) menyatakan meliputi bagaimana kata-kata dikombinasikan sehingga membentuk frasa-frasa dan kalimat-kalimat yang dapat dimengerti. Misalnya, “Sabastian mendorong sepeda” memiliki arti yang berbeda dengan “Sepeda mendorong Sabastian”.
4. Semantik
Semantik merupakan sistem aturan yang mengendalikan makna isi kata atau kalimat. Santrock (2008:355) berpendapat bahwa mengacu pada makna kata dan kalimat. Setiap kata memiliki sekumpulan makna sematik atau atribut-atribut penting terkait dengan makna. Misalnya, mengetahui arti tiap-tiap kata—dengan kata lain, memahami kosakata. Contohnya, sematik termasuk mengetahui arti kata-kata seperti jeruk, transportasi, cerdas.
Proses perkembangan semantic biasanya dimulai pada usia sekitar 2 tahun. Vasta (1999) mendeskripsikan bahwa perkembangan semantic tidak sesederhana seperti yang kita bayangkan. Pertama, anak tidak hanya mendengar ribuan kata, tapi juga harus mempelajari bahwa kata terdiri dari jenis-jenis yang berbeda, yaitu kata benda (topi, susu), kata kerja (makan, bicara) dan keterangan (senang, merah). Kedua, perkembangan semantic sangat erat kaitannya dengan perkembangan konsep anak-anak. nama benda seperti ‘kucing’, biasanya melabelkan keseluruhan kelompok dari benda (binatang peliharaan keluarga, mainan dan Garfield), seperti itu pula dengan nama aksi/kata kerja, dan sebagainya. Lebih jauh lagi, beberapa benda dapat disebut dengan banyak nama yang berbeda (seperti, binatang, kuda, stallion, Champ). Bagaimana anak kecil dapat tahu bahwa kelompok benda dapat sesuai dengan pada kata baru dan bagaimana perkembangan belajar ini adalah isu yang penting untuk memahami perkembangan pemerolehan bahasa.
5. Pragmatik
Perangkat terakhir dari aturan bahasa adalah pragmatik, yaitu penggunaan bahasa yang tepat dalam konteks-konteks yang berbeda. Berkenaan dengan penggunaan bahasa yang dikaitkan dengan tujuan tertentu. Misalnya, menggunakan bahasa yang sopan dalam situasi-situasi yang tepat, seperti ketika berbicara dengan guru. Berbicara bergiliran dalam suatu percakapan melibatkan pragmatik.
Pragmatic, menurut keyakinan para fungsionalist, bahwa anak senantiasa berjuang untuk mencari jalan yang lebih baik untuk mengkomunikasikan ide, permintaan dan keberatan mereka pada orang lain. Mereka termotivasi untuk memperoleh bahasa karena bahasa menyediakan bagi mereka alat yang sangat kuat- kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain secara mudah dan untuk mendapatkan keinginan-keinginan mereka secara efektif.(Hickman, 1986;Ninio & Snow, 1988 dalam Vasta,1999:430)
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah diatas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan bahasa pada anak usia dini :
- Perkembangan pada setiap anak mengikuti pola universal seperti preverbal
- Perkembangan bahasa anak usia dini terdiri dari bahasa awal yaitu bahasa komunikasi antara anak dan ibunya, sedangkan bahasa kedua adalah bahasa yang diperoleh anak dari lingkungannya, bahasa kedua sudah mulai terstruktur pada usia 2 tahun
- Beberapa ahli mengemukakan beberapa tingkat perkembangan bahasa dari usia 0-5 tahun, bahkan Sujiono dan Marrow mengklasifikasikan sampai 8 tahun, tapi pada dasarnya tahapan-tahapan perkembangan tersebut sama antara satu dan yang lain
- bagian otak manusia yang mendeskripsikan posisi area bahasa (Wernicke dan Broca), area Wernicke merupakan area yang berfungsi untuk memperoleh pemahaman bahasa, sedangkan Broca merupakan area yang berfungsi untuk memperoleh kemampuan bicara
DAFTAR PUSTAKA
[1] Seefeldt & Wasik, 2008. Pendidikan anak Usia Dini. Indeks : Jakarta.
[2] Azizah Muiz, 2007. Bahan Kuliah Bahasa Prasekolah. UNJ: Jakarta.
[3] Crain, William, 2007. Teori Perkembangan. Penerjemah: Yudi Santoso. Pustaka Pelajar : Yogyakarta
[4] Martini Jamaris, 2006. Perkembangan an Pengembangan Anak. Grasindo: Jakarta.
[5] Yuliani Nuaini Sujiono dan Bambang Sujiono, 2005. Menu Pembelajaran Anak Usia Dini. Yayasan Citra Pendidikan Indonesia : Jakarta.
[6] Lesley Mandel Morrow, 1993. Literacy Development in The Early Years. Allyn & Bacon: USA
[7] Seefeldt & Wasik, 2008. Pendidikan anak Usia Dini. Indeks : Jakarta.
[8] John W. Santrock, 2007. Perkembangan Anak (jilid 1). Erlangga: Jakarta.
[9] Lesley Mandel Morrow, 1993. Literacy Development in The Early Years. Allyn & Bacon: USA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar