SMA NEGERI 3 KOTABUMI-LAMPUNG

SMA NEGERI 3 KOTABUMI-LAMPUNG
Wish You All The Best

Rabu, 27 Mei 2015

ANALISIS VALIDITAS DAN RELIABILITAS BUTIR SOAL



ANALISIS BUTIR SOAL

disusun oleh:
MAHASISWA :)


Mata Kuliah                :  Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra   Indonesia
            Dosen Pengampu          :  1. Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd
                                         2. Dr. Edi Suyanto, M.Pd.
                 3. Dr. Siti Samhati, M.Pd.














MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015

KATA PENGANTAR


            Puji syukur atas karunia Allah Swt. yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya  sehingga saya mampu menyelesaikan makalah laporan hasil analisis butir soal ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
            Makalah ini saya susun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran  Bahasa dan Sastra Indonesia  di bawah bimbingan Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd.,Dr. Edi Suyanto, M.Pd., dan Dr. Siti Samhati, M.Pd. Dalam makalah ini saya mencoba memaparkan  tentang proses analisis butir soal bahasa Indonesia pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP).
            Saya menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang saya miliki. Oleh sebab itu, kritik dan saran sangat saya nantikan demi penyempurnaan  makalah ini. Dalam kesempatan ini pula saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dan akhirnya, semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi pembaca.


Bandar Lampung,        Mei  2015


Penulis









BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
          Kegiatan menganalisis butir soal merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan guru untuk meningkatkan mutu soal yang telah ditulis. Kegiatan ini  merupakan  proses  pengumpulan,  peringkasan,   dan  penggunaan informasi dari jawaban siswa untuk membuat keputusan tentang setiap penilaian (Nitko, 1996: 308). Tujuan penelaahan adalah untuk mengkaji dan menelaah setiap  butir  soal agar  diperoleh soal yang bermutu. Di  samping itu, tujuan analisis butir soal juga untuk membantu meningkatkan tes melalui revisi atau membuang soal yang tidak efektif, serta untuk  mengetahui informasi diagnostik pada  siswa apakah mereka sudah/belum memahami materi yang telah diajarkan (Aiken,  1994:  63).  Soal  yang   bermutu  adalah  soal  yang  dapat memberikan informasi setepat-tepatnya sesuai dengan tujuannya diantaranya dapat menentukan peserta didik mana yang sudah atau belum menguasai materi yang diajarkan guru.
            Dalam melaksanakan analisis butir soal, para penulis soal dapat menganalisis secara kualitatif, dalam kaitan dengan isi dan bentuknya, dan kuantitatif dalam kaitan dengan ciri-ciri statistiknya (Anastasi dan Urbina, 1997: 172) atau prosedur  peningkatan  secara judgment dan prosedur peningkatan secara empirik (Popham, 1995: 195). Analisis kualitatif mencakup pertimbangan validitas isi dan konstruk, sedangkan analisis kuantitatif mencakup pengukuran kesulitan butir soal dan diskriminasi soal yang termasuk validitas soal dan reliabilitasnya.
            Anaslisis butir soal melalui kualitatif ataupun kuantitatif semuanya memiliki tujuan utama yaitu untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan dalam tes atau dalam pembelajaran (Anastasi dan Urbina, 1997:184). Berdasarkan tujuan ini, maka kegiatan analisis butir soal memiliki banyak manfaat, di antaranya adalah: (1) dapat membantu para pengguna tes dalam evaluasi atas tes yang digunakan, (2) sangat relevan bagi penyusunan tes informal dan lokal seperti tes yang disiapkan guru untuk siswa di kelas, (3) mendukung penulisan butir soal yang efektif, (4) secara materi dapat memperbaiki tes di kelas, (5) meningkatkan validitas soal dan reliabilitas (Anastasi and Urbina, 1997:172).
            Selain itu, manfaat lainnya adalah: (1) menentukan apakah suatu fungsi butir soal sesuai dengan yang diharapkan, (2) memberi masukan kepada siswa tentang kemampuan dan sebagai dasar untuk bahan diskusi di kelas, (3) memberi masukan kepada guru tentang kesulitan siswa, (4) memberi masukan pada aspek tertentu untuk pengembangan kurikulum, (5) merevisi materi yang dinilai atau diukur, (6) meningkatkan keterampilan penulisan soal (Nitko, 1996: 308-309).
            Linn dan Gronlund (1995: 315) juga menambahkan tentang pelaksanaan kegiatan analisis butir soal yang biasanya didesain untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini. (1) Apakah fungsi soal sudah tepat? (2) Apakah soal ini memiliki tingkat kesukaran yang tepat? (3) Apakah soal bebas dari hal-hal yang tidak relevan? (4) Apakah pilihan jawabannya efektif? Lebih lanjut Linn dan Gronlund (1995: 3 16-318) menyatakan bahwa kegunaan analisis butir soal bukan hanya terbatas untuk peningkatkan butir soal, tetapi ada beberapa hal, yaitu bahwa data analisis butir soal bermanfaat sebagai dasar: (1) diskusi kelas efisien tentang hasil tes, (2) untuk kerja remedial, (3) untuk peningkatan secara umum pembelajaran di kelas, dan (3) untuk peningkatan keterampilan pada konstruksi tes.
            Berbagai uraian di atas menunjukkan bahwa analisis butir soal adalah: (1) untuk menentukan soal-soal yang cacat atau tidak berfungsi penggunaannya; (2) untuk meningkatkan butir soal melalui tiga komponen analisis yaitu tingkat kesukaran, daya pembeda, dan pengecoh soal, serta meningkatkan pembelajaran melalui ambiguitas soal dan keterampilan tertentu yang menyebabkan peserta didik sulit.
          Soal yang diujikan berjumlah 15 buah yang terdiri dari satu jenis soal yaitu berupa pilihan jamak. Ujian dilakukan pada tanggal 22 April 2015 di Sekolah Menengah Pertama Negeri 01 Tata Karya. Pelaksanaan ujian berjalan dengan lancar. Kelancaran pelaksanaan ujian tidak terleas dari bentuan pihak-pihak yang telah bersedia dan berpartisipasi. Pelaksanaan ujian dibantu oleh kepala sekolah Sekolah Menengah Pertama Negeri 01 Tata Karya, wakil kepala bidang kesiswaan, dan guru wali kelas.
BAB II
 PEMBAHASAN

2.1 Analisis Tingkat Kesukaran Soal
            Analisis tingkat kesukaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal tersebut tergolong mudah atau sukar. Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukan sukar atau mudahnya sesuatu soal. (Arikunto, 1999: 207).
         B
P=
        Jx
 
Cara Menentukan Tingkat Kesukaran Suatu Butir Tes: untuk menghitung tingkat kesukaran tiap butir soal digunakan persamaan:

     

Keterangan:
P  : indeks kesukaran
B  : banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar, dan
Jx : jumlah seluruh siswa peserta tes.
            Indeks kesukaran diklasifikasikan seperti tabel  berikut:
Tabel 1. Klasifikasi Tingkat Kesukaran
P-P
Klasifikasi
0,00 – 0,29
0,30 – 0,69
0,70 – 1,00
Soal sukar
Soal sedang
Soal mudah
(Arikunto; 1999: 210)
            Berikut merupakan hasil analisis butir soal bahasa Indonesia berdasarkan tingkat kesukaran.
1) P
=
24


24

=
1.00 (Mudah)

2) P
=
4


24

=
0.17 (Sukar)

3) P
=
23


24

=
0.96 (Mudah)

4) P
=
23


24

=
0.96 (Mudah)

5) P
=
24


24

=
1.00 (Mudah)

6) P
=
24


24

=
1.00 (Mudah)

7) P
=
24


24

=
1.00 (Mudah)

8) P
=
22


24

=
0.92 (Mudah)

9) P
=
24


24

=
1.00 (Mudah)

10) P
=
21


24

=
0.88 (Mudah)

11) P
=
24


24

=
1.00 (Mudah)

12) P
=
22


24

=
0.92 (Mudah)

13) P
=
21


24

=
0.88 (Mudah)

14) P
=
23


24

=
0.96 (Mudah)

15) P
=
23


24

=
0.96 (Mudah)

2.2 Analisis Daya Pembeda Soal
            Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah (Arikunto, 1999 : 211).
Daya pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan rumus:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEia4x8O9A1xjsALYi2KRGww8IwKvzlu5N-VawFwNJoDRAfqPD0p6ueRxyrCiv2NHS-961CdtbJ62dDGcDn1QdujDhdtcMeNY2LrZ-9LWDVMH_YNEYmUzIT8pTfZwEGZMwrQiwTWiHmQG2g/s320/Rumus+Daya+Beda.jpg(Arikunto, 1999: 213)
Keterangan:
DP : indeks daya pembeda
Ba : peserta tes kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
Bb : banyaknya peserta tes kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar, JA : banyaknya peserta tes kelompok atas, dan
JB : banyaknya peserta tes kelompok bawah
            Kriteria indeks daya pembeda adalah sebagai berikut.
Tabel 2. Kriteria Daya Pembeda
DP
Kualifikasi
0,00 – 0,19
0,20 – 0,39
0,40 – 0,69
0,70 – 1,00
Negatif
Jelek
cukup
baik
baik sekali
tidak baik, harus dibuang
           
            Berdasarkan hasil analisis daya pembeda dari rumus di atas didapat hasil sebagai berikut.
1) Daya Pembeda
=
56


0,5 x 12

=
-1


6

=
-0.17 (Dibuang)

2) Daya Pembeda
=
5 0


0,5 x 12

=
5


6

=
0.83 (Baik Sekali)

3) Daya Pembeda
=
6 - 5


0,5 x 12

=
1


6

=
0.17 (Jelek)

4) Daya Pembeda
=
6 5


0,5 x 12

=
1


6

=
0.17 (Jelek)

5) Daya Pembeda
=
6 – 6


0,5 x 12

=
0


6

=
0.00 (Jelek)

6) Daya Pembeda
=
6 – 6


0,5 x 12

=
0


6

=
0.00 (Jelek)

7) Daya Pembeda
=
6 6


0,5 x 12

=
0


6

=
0.00 (Jelek)

8) Daya Pembeda
=
4 6


0,5 x 12

=
-2


6

=
-0.33 (Dibuang)

9) Daya Pembeda
=
6 – 6


0,5 x 12

=
0


6

=
0.00 (Jelek)

10) Daya Pembeda
=
6 4


0,5 x 12

=
2


6

=
0.33 (Cukup)

11) Daya Pembeda
=
6 6


0,5 x 12

=
0


6

=
0.00 (Jelek)

12) Daya Pembeda
=
6 4


0,5 x 12

=
2


6

=
0.33 (Cukup)

13) Daya Pembeda
=
6 – 4


0,5 x 12

=
2


6

=
0.33 (Cukup)

14) Daya Pembeda
=
6 5


0,5 x 12

=
1


6

=
0.17 (Jelek)

15) Daya Pembeda
=
6 5


0,5 x 12

=
1


6

=
0.17 (Jelek)
2.3 Analisis Validitas dan Reliabilitas Soal
            Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu tes. Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Tes memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti memiliki kesejajaran antara tes dan kriteria (Arikunto, 1999: 65).
            Untuk menguji  validitas setiap butir soal maka skor-skor yang ada pada butir yang dimaksud dikorelasikan dengan skor totalnya. Skor tiap butir soal dinyatakan skor X dan skor total dinyatakan sebagai skor Y, dengan diperolehnya indeks validitas setiap butir soal, dapat diketahui butir-butir soal manakah yang memenuhi syarat dilihat dari indeks validitasnya (Arikunto, 1999: 78).           
            Validitas butir secara statistik dianalisis berdasakan jenis data yang terkumpul. Data diskrit (misalnya hasil tes obyektif) dihitung dengan korelasi point biserial sedangkan data kontinu (misalnya hasil tes uraian atau skala sikap) digunakan korelasi Pearson product – moment.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgX8nF310NyzjIvi1AuRa0dP2WA1Hy7wmoFIPbkL_xXl7dpomXdDm90GAJGNlwhAa5qiQB_66GLyjgwfyT3zf1cn_AgYfseHQl3BixUE0p0dTbN9QLTi_QIzLhvBCQoyyyY3mUDvkRJVKM/s320/7.bmp

            Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran diperoleh relatif koefisien, maka alat pengukur tersebut reliabel.
            Analisis reliabilitas mengkaji keajegan (stability) atau ketetapan hasil tes manakala tes tersebut diujikan kepada siswa yang sama lebih dari satu kali, atau dari dua perangkat tes yang setara kepada objek yang sama.Tes yang memiliki konsistensi reliabilitas tinggi adalah akurat, reprodusibel, dan generalized terhadap kesempatan testing dan instrumen tes lainnya.
Reliabilitas Instrumen Tes (soal bentuk pilihan ganda)
Untuk mengetahui koefisien reliabilitas tes soal bentuk pilihan ganda digunakan rumus Kuder Richadson 20 (KR-20) seperti berikut ini.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgl-CsPrHyXtVYEDQu60FRB3Q2OBN1sYv16yXjhCL_WVi1YAVCM-NDuA6_TC29sMZouR2SjhB5B6aFjGhJ4BSqU8MRdk5PWlaVHzkL-p2V7weqJf4fcXedvshrDN_8259WzDw1g9vhQ2DZ1/s1600/kr-20.png

Keterangan:
r11     : koefisien reliabilitas
n        : Jumlah butir soal
p        : proporsi jawaban benar
1-p    : proporsi jawaban salah
S2     : Varians skor total
            Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas soal terlampir.












BAB III
SIMPULAN


Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan didapatkan simpulan sebagai berikut.
1.    Tingkat kesukaran yang terdapat dalam soal bahasa Indonesia terbagi menjadi tiga bagian, yakni tingkat kesukaran sukar, sedang, dan mudah. Terdapat 1 buah soal dengan kategori soal sukar, Tidak ada soal dengan kategori sedang, dan 14 soal dengan kategori mudah.
2.    Daya pembeda yang terdapat dalam soal bahasa Indonesia yang terbagi menjadi lima bagian, yakni daya beda soal tersebut jelek, sangat jelek, cukup, baik, dan sangat baik. Terdapat 9 buah soal dengan kategori daya beda jelek, 3 buah soal dengan daya beda cukup, 1 buah soal dengan kategori daya beda sangat baik, dan terdapat 2 buah soal yang termasuk kriteria harus dibuang.
3.    Dari hasil analisis validitas dan reliabilitas, diperoleh 5 soal yang termasuk ke dalam kategori soal yang valid dan reliabel.















DAFTAR RUJUKAN

Aiken, Lewis R. (1994). Psychological Testing and Assessment,(Eight Edition), Boston: Allyn and Bacon.

Anastasi. Anne and Urbina, Susana. (1997). Psicoholological Testing. (Seventh Edition). New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
                                
Arikunto, S. 1999. Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.    
Nitko, Anthony J. (1996). Educational Assessment of Students, Second Edition. Ohio: Merrill an imprint of Prentice Hall Englewood Cliffs. 

Mandar Maju Indrakusuma, Amir Daien. 1993. Evaluasi Pendidikan. Malang: Penerbit IKIP Malang.
Linn, Robert L. and Gronlund, Norman E. (1995). Measurement and Assessment in teaching (Seventh Edition). Ohio: Merrill, an immprint of Prentice Hall. 

Suwarno, Wiji. 2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.